Lihat ke Halaman Asli

A. Dahri

Santri

Manusia: Laku dan Suluk Sosial

Diperbarui: 17 Oktober 2020   19:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Langgar di daerah aliran lahar (Dokpri)

Seperti gerai yang menjajakan produk unggulannya, begitu juga manusia. Ia memiliki keunggulan yang tanpa disadari dalam ruang "kausalitas" jualan keunggulan. 

Manusia terbagi menjadi berbagai dimensi, yang kita mafhum; dimensi jasmani dan rohani. Dari pendekatan dimensi ini kita dapat melihat bahwa manusia niscaya memiliki keunggulan di dua dimensi itu atau minimal salah satunya. 

Manusia makhluk sosial, makhluk yang pasti bergantung dengan lainya. Hal ini terjadi dalam segala bidang. Pendidikan, sosial, politik, agama bahkan budaya. Secara nas, manusia diciptakan beragam agar saling mengenal satu sama lain.

Praktiknya saling mengenal kadang menjadi saling menilai, mengulik, dan mengkritik. Tidak masalah tentunya. Dalam koridor etika berbeda, manusia memiliki hak dan kewajibannya. 

Hak dan kewajiban inilah yang perlu dihormati. Setiap manusia wajib menghormati setiap hak manusia yang lain. Karena saling mengenal bukan berarti hanya bertegur sapa atau sebatas menilai-nilai saja. Tetapi juga menggandeng dan merangkul untuk saling menghormati dan menghargai.

Beberapa kondisi, seperti politik, sosial, dan ekonomi, apalagi agama, hak dan kewajiban manusia seringkali jauh dari sikap saling menghargai. 

Contoh; kita seringkali menemukan dalam perpolitikan kita yang culas, saling jegal, saling bunuh karakter, lalu bakar bendera aliran ini dan itu, mendebat agama atau golongan lain, dan lain sebagainya. 

Tentu hal ini perlu menjadi tinjauan ulang bagi kita semua, bahwa hidup itu perlu saling berpegangan tangan, saling menghargai satu sama lain. 

Pada dasarnya, manusia memiliki apa yang menjadi keunggulannya. Dan dari sanalah, bisa jadi Tuhan menunjukkan fungsi dan tujuan manusia itu diciptakan. 

Selanjutnya, manusia juga perlu saling menghargai satu sama lain, saling menyapa keberagaman, saling menjaga nilai-nilai luhur yang diwariskan oleh para leluhur. Tradisi dan habituasi sosial budaya adalah rangkaian sosial kultur yang diwarisi dari masa ke masa.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline