Lihat ke Halaman Asli

A. Dahri

Santri

Komunitas, antara Kesamaan dan Kebersamaan

Diperbarui: 28 September 2020   21:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Okezone News

Dalam kehidupan pasti ada komoditas dan komunitas. Seakan-akan fitrah manusia adalah berkomunitas. Hidup bersama, menyatukan frame pemikiran. Kepentingan kolektif berdiri tegak di atas kepentingan personal.

Apakah masih kita temukan komunitas yang an sich menjunjung kepentingan kolektif. Ibnu Khaldun pernah berpesan bahwa stabilitas dan konsistensi sebuah gerakan itu berada pada generasi pertama dan kedua. Pada generasi selanjutnya adalah perebutan identitas.

Setiap manusia yang memiliki kesamaan pola pikir, ide gagasan, gerakan, maka secara otomatis akan dituntun oleh sikap bawah sadar yang bernama Komuni. 

Jika komunitas diartikan sekumpulan organisme dengan kesamaan prinsip dan gerakan. Maka ada ruang bawah sadar yang menjadi respon atas stimulus "kesamaan".

Dasar kesamaan inilah yang dalam situasi dan kondisi pandemic ini benar-benar diuji. Membangun ataupun berkomunitas berarti dapat merasakan apa yang dirasakan orang lain. Ikut merasakan bagaiman kesulitan menghadapi kondisi pandemi yang benar-benar menumpulkan perekonomian. Para generasi penerus yang berhak mengenyam pendidikan tetapi terkendala oleh fasilitas yang kurang memadai.

Mangan gak mangan sing penting ngumpul. Slogan komuni ini menjadi gagasan besar dalam membangun kebersamaan. Sehingga bukan hanya melulu melihat kesamaan, tetapi kebersamaan. Beda bagaimanapun tetap perlu bersama-sama.

Sehingga komunitas keluar dari pengertiannya atas kesamaan. Bisa jadi justru lebih erat kaitannya dengan komoditas. Untung rugi, senang susah dan lain sebagainya.

Platform-platform komunitas yang muncul menjadi simbol raksasa besar yang menjunjung tinggi kemanusiaan. Sehingga muncul egoisme fanatis yang - tanpa disadari kemunculannya.

Dan tanpa itu semua sebenarnya, di dusun-dusun tanpa disadari manusia sudah berkomunitas tanpa mengusung simbol tertentu. Berdikari, memenuhi kebutuhan sendiri, berjiwa besar, memiliki kelonggaran-kelonggan menjadi perjalanan panjang komunitas sosial masyarakat desa.

Pandemik, trial eror konsep-konsep teoritis, problem-problem ekonomi sosial, lahan, dan problem sensitif lainnya menjadi pergulatan antara sikap sadar berkomunitas dengan sikap selalu membangun komunitas.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline