Lihat ke Halaman Asli

A. Dahri

Santri

Ibu Hamil? Bapak Juga!

Diperbarui: 16 Juni 2020   21:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi (Sumber: Freepik/jcomp)

Kehamilan seorang istri adalah kebahagiaan tersendiri bagi sang suami. Tentu menjadi kabar baik dan harapan-harapan baik bagi keluarga. Pun sanak kolega.

Masa kehamilan selama sembilan bulan adalah masa pertapaan bagi ibu dan bayinya. Ujaran Jawa mengatakan bahwa si bayi sedang bertapa di kawah Candradimuka. Pun dalam sisi agama dikenal dengan alam kandungan, alam azaly. Di mana proses-proses perjanjian dan perjumpaan antar ruh, jiwa dan raga dengan Tuhan.

Wanita hamil biasanya lebih sensitif. Sensitivitas yang meningkat pesat dari sebelumnya menjadi ciri proses kehamilan.

Maka perlu hati-hati dalam berbicara, bersikap, tingkah lakunya perlu dijaga, tidak menumpuk sampah, tidak makan di tempat tidur, menyisir rambut harus sampai ke bawah, dan lain sebagainya.

Seperti halnya berpuasa, maka banyak sekali hal yang harus dijaga. Tanpa terkecuali batinnya, pikirannya, keinginannya, dan sebagainya. 

Menjaga hawa nafsu tidak hanya ketika berpuasa makan dan minum, tetapi juga sebagai laku sepanjang masa. Karena di samping nafsunya, ternyata ada keinginan yang mendahului pikirannya. 

Hal yang sering dirasakan ibu hamil adalah sakit perut, kram, pusing, ingin ini dan itu: ngidam dan lain sebagainya. Begitu juga dengan puasa. Seakan-akan apa yang ada di hadapannya ingin segera dimakan, tidak sabar menunggu waktu buka.

Tetapi berbeda ketika waktu buka itu datang, paling cukup dengan minum kolak atau es campur atau takjil, itupun hanya sedikit dan tidak seperti bayangan sebelumnya. 

Kesabaran dan ketenangan perlu ditingkatkan. Sejatinya puasa adalah menahan segala keinginan. Begitu juga kehamilan. Ketika banyak hal yang biasa dilakukan sebelum hamil, justru perlu dijaga dan jaga jarak ketika sedang hamil. Seperti halnya yang tersebut di atas.

Segala macam persiapan dirancang sedemikian rupa. Untuk menyambut buah hati yang siap menatap dunia. Baik si istri pun suaminya. Maka hamil itu bukan hanya untuk si istri saja, suami juga merasakannya. 

Tentunya berbeda dengan sang istri yang mengandung, suami lebih pada kewaspadaan dan kesigapan melayani istrinya. Dari menyiapkan makanan yang bergizi, mencuci pakaian, bahkan bersih-bersih rumah, tentunya mencari rejeki yang halal menurut konsep agama. Di samping itu juga mencari uang untuk persiapan persalinannya. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline