Lihat ke Halaman Asli

A. Dahri

Santri

Pendidikan dan Tanggung Jawab

Diperbarui: 8 Januari 2020   17:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber : Gurupendidikan.com

"Education as the Practice of Freedom". -Jhon Paulo Freire- (1921-1997)

"Pendidikan yang memerdekakan,"

Bagaiaman pendidikan yang memerdekakan itu? Apa yang memberi kebebasan terhadap peserta didik? Sebelum menjawab pertanyaan diatas, mengapa kata "merdeka" diidentikan dengan kebebasan? Tidakkah ada maksud yang lain ketika pernyataan merdeka ini digunakan dalam dialog-dialog sehari-hari.

Kemerdekaan diartikan sebagai suatu hak kendali negara yang didapatkan untuk mengendalikan dan mengatur wilayah-wilayahnya, dan jika ditarik pada ranah manusia maka pengendalian seutuhnya terhadap dirinya sendiri tanpa ada tekanan dari orang lain.

Sedemikian utuh hak sebuah negara untuk mengatur wilayahnya, atau manusia mengendalikan dirinya sendiri tanpa ada tekanan dari orang lain, namun tidakkah sempit jika diartikan hak mengatur dirinya sendiri?

Apalagi dalam ranah pendidikan. Ketika peserta didik yang memiliki pengetahuan lebih dari peserta didik lainnya dibedakan atau secara pengaturan tempat duduk saja tidak dibaurkan maka merdekakah mereka sebenarnya?

Padahal ketika peserta didik memenangkan lomba (UAN) atau apapun kompetisinya dan mendapatkan prestasi, maka bukan peserta didik yang memiliki wadah sebagai apresiasi dari khalayak, tetapi lembaga pendidikannya yang tiba-tiba naik daun, peserta didik biasanya ditampilkan di banner-banner promosi lembaga.

Namun, tidak ada kelanjutan bagaimana seharusnya mereka dengan prestasi yang peserta didik raih, melanjutkan di lembaga favorit misalanya, itu bukan jawaban, karena tidak ada jaminan nantinya mereka benar-benar mampu menghadapi kehidupan nyata diluar lembaga pendidikan.

Masih banyaknya pengangguran adalah bentuk kecil dari efek pendidikan yang tidak memerdekakan, dengan kata lain pendidikan yang memerdekakan setidaknya memberi kewenangan terhadap peserta didik untuk mengembangkan apa yang mereka yakini sebagai tujuan pendidikan yang ia tekuni.

Ketika pendidikan dimuarakan pada tekanan untuk mendapatkan sejumlah nilai standar maka secara tidak langsung menghapuskan arti pendidikan itu sendiri, yakni (pengajaran, bimbingan dan wiyata), yang mana tujuan awal dari pendidikan adalah menumbuhkan rasa tanggung jawab.

Dengan demikian, tidakkah pendidikan bukan lagi membahas tentang kompetisi-kompetisi, tetapi benar-benar mengedepankan kompetensi, yang muatannya bukan hanya intelektual saja, atau kreatif saja, tetapi juga moral dan tanggung jawab. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline