Resensi Buku (Kumpulan cerpen)
Judul: Mari Menjadi Gila
Pengarang: Achmad Dhofir Zuhhry
Tahun terbit: 2019
Penerbit: My Litera Publishing
Jumlah halaman: 127
ISBN: 978-602-53022-5-1
Menguraikan fenomena-fenomena kehidupan adalah bagian dari prinsip. Prinsip kehidupan yang berkembang. Baik dalam kontestasi politik, agama, sosial dan pendidikan.
Karena keterkaitan dan kesinambungan aspek itulah maka butuh pendekatan. Pendekatan itu adalah transformasi berpikir. Membangun nalar kritis. Merekonstruksi pola pikir dan pola sikap.
Dari yang sangat luas jangkauannya sampai yang sangat sempit ruang geraknya. Sekali lagi karena hidup adalah keberlangsungan. Maka memandang kehidupan dari sisi yang berbeda adalah keniscayaan. Pun dengan sastra. Seperti beberapa cerita pendek yang digubah oleh Ach. Dhofir Zuhry. Dan diantologikan dalam sebuah buku berjudul "mari menjadi gila!"
Diawali dengan cerita berjudul "Kusir dan Sirkus." Ach. Dhofir atau sering dipanggil cak Dhofir ingin menyampaikan beragam fenomena yang ada di masyarakat kita. Monolog si tukang cerita pemilik topeng monyet memberikan berbagai kritik yang jenaka.
Interaksi pemilik topeng monyet dengan penonton seperti kuis di acara tv. Di mana ada telur sebagai hadiah jika berhasil menjawab pertanyaan si tukang cerita. Dan mengapa telur? Di sana ada jawaban filosofis dari si tukang cerita.
Kemudian di susul dengan cerita kedua dengan judul "Kamar Mandi." Di sinilah pandangan tentang kamar mandi menjadi sangat sakral. Menyibak kisah seorang pelacur dengan kesan yang terpendam, dan hal itu terjadi di kamar mandi. Sudut pandang lain tentang kamar mandi menjadikan cerita ini sangat relevan dengan kehidupan. Di mana sulit sekali mencari kejujuran kecuali di dalam kamar mandi.
Cerita yang diangkat oleh Cak Dhofir kebanyakan adalah kritik sosial. Dengan gaya dhofirian, cerita ini menjadi sangat menarik -- penuh kritik. Kadang mendayu haru biru kemudian secara tiba-tiba meradang dan memaki. "Masjid Monarki," "Membebaskan setan," "Indonesia Tahun 2100."
Adalah bagian cerita-cerita yang penuh kritik. Aktual dengan kehidupan saat ini menjadikan cerita-cerita yang terangkum dalam buku "Mari Menjadi Gila" patut untuk direnungkan. "Mari menjadi gila," adalah salah satu cerita tentang kegalauan para caleg gagal, atau manusia gila jabatan yang tiba-tiba gagal naik atau mirisnya diPHK.
"Titik Nol" adalah bagian cerita dari sebuah penyesalan. Namun di sana ada percakapan pak Dokter dengan tokoh aku yang akan sedikit mengernyitkan dahi. Di mana kondisi manusia yang penuh dengan segala potensi luar biasa.
Ambruk ketika penyesalan mulai membrondong seperti peluru yang menembus dada. Sesak pastinya. Namun para pembaca akan dipertemukan dengan cerita tentang Dulamin dan Pak Ridik pak tua misterius. Pertemuan Dulamin dan Pak Ridikpun sangat tak terduga, setiap perbincangan memiliki makna filosofis yang dikemas dengan bahasa kocak oleh Cak Dhofir. Tanpa meninggalkan aspek ilmu pengetahuan.