Lihat ke Halaman Asli

Andai Setiap Hari Sesama Saling Meminta dan Memaafkan

Diperbarui: 24 Juni 2015   02:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Aku merasa selalu bersalah
Dengan Allah yang telah menciptakanku
Mengisi jasadku dengan ruh
Menyelipkan otak beserta hati layaknya manusia lumrah

Aku merasa begitu banyak salah
Dengan sesama manusia yang sejenis denganku
Berkomunikasi dan berhubungan denganku
Baik maya maupun nyata

Aku merasa harus meminta maaf
Pula teramat ingin dan butuh dimaafkan
Cacat juga fitnah kata maupun isi hati
Baik secara sadar maupun tidak, kerap aku menyakiti

Memang benar jika lidah lebih tajam dari pedang
Memang benar kebencian kadang tak terungkap
dan tertimbun di dalam hati
Lalu terkuak ketika tak mampu menampung nafsu manusiawi

Begitu susah jika harus ku temui satu per satu
Tak jarang aku mendapat kesulitan meminta agar diberi maaf
Entah sebesar apa dosa yang telah tercipta
Hingga hati pun tak mampu luluh dengan permintaan yang tulus

Dengan mulut dusta hina aku merubah diri menjadi berhati-hati
Belajar lebih memahami hati orang lain dengan lebih peka
Jika dengan ucap aku tak mendapat penghargaan pemberian maaf
Mungkin dengan rangkaian kata Allah bisa mengetuk hati mereka yang pernah terluka lara

Dan jika dengan ketulusan hati maupun tulisan tetap tak bisa diterima
Hanya pasrahlah yang akan mewakili semua
Semoga Allah mengampuni segala dosaku
Dengan sifatnya yang Maha pengampun, pemurah, pengasih dan penyayang

Selama nafas masih mengiringi usiaku hanya usaha yang aku bisa
Tiada kelegaan selain mendapatkan maaf atas kesalahan yang pernah terukir
Aku hanya menakuti kematian yang datang tanpa bisa ditawar
Aku hanya menakuti diri menjadi tawanan neraka di akhirat nanti

Terkadang aku merindu nyaman indahnya lebaran
Permusuhan seperti nista termakan suasana
Kebencian solah lenyap tergilas romansa
Persaudaraan nyata penuh kasih sayang yang ada

Semua orang menyebar salam dan senyum
Berjabat tangan mengikat pelukan jemari dengan erat
Hati yang bersih memang mencipta pikiran yang jernih
Rona wajah turut menampakkan binar kebahagiannya

Sungguh lebaran adalah saat yang selalu ku rindukan
Bukan hanya kemerdekaan juga kemenangannya setelah menempuh puasa
Melainkan suasana kedamaian terhadap sesama
Kasih sayang yang berhambur penuh cinta

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline