Lihat ke Halaman Asli

Suara yang Bercahaya

Diperbarui: 13 Januari 2016   11:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Jauh di sana kau berada
Terpisah jarak dan waktu
Terbelah luas lautan dalamnya samudera
Berharap awan melukis wajahmu
Setiap ku tengadah pada cerahnya langit
Berharap angin bawa serta wangi tubuhmu
Setiap kali desirnya menerpa rambutku
Berharap kau hadir bersama peri-peri hujan
mengetuk jendela kamarku
Yang sengaja ku biarkan terbuka
Menunggu datangmu menyapa

Hanya suaramu yang selalu mewarnai hari-hariku
Saat ku tak sadar diri
Terkulai lemah tak mampu bergerak
Gelap seluruhnya serasa mati
Aku koma aku sekarat
Bagai berada di lorong panjang tak berujung pangkal
Melayang layang tanpa bisa melihat dan merasa
Aku hanya bisa mendengar suara memanggil namaku
Aku tahu itu suaramu yang selalu ku rindu

Makin lama semakin jelas terdengar
Suaramu menjelma cahaya kian terang
Menuntunku melewati lorong gelap kematian
Suaramu bagai mentari yang menghangatkan
Saat ku buka mata ini
Suaramu adalah keajaiban
Yang membuatku hidup tuk kesekian kali
Suaramu adalah semangat
Yang memberiku harapan untuk kuat jalani hidup ini
Suaramu adalah nyawaku

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline