Lihat ke Halaman Asli

Wanita Karir Pergolakan Antara "Merawat Karir" atau "Merawat Anak"?

Diperbarui: 25 Juni 2015   05:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13374994341188054738

[caption id="attachment_182537" align="aligncenter" width="600" caption="Image/BangBorneo/ciricara.com"][/caption]

Kesibukan sering menjadi alasan bagi banyak wanita atas ketidakmampuannya mendidik anak dan mendisiplinkan anak-anak mereka. Dengan kata lain, mereka meminta permaklumaman dari publik atas kegagalannya mendidik anak. Memang, tidak semua wanita karir gagal dalam perannya sebagai ibu, meskipun jumlahnya relatif sedikit.

Sebagai informasi untuk Anda, makin banyaknya perempuan yang berkarir menimbulkan dampak sosial yang cukup serius di negara Eropa. Kaum perempuan di Eropa ternyata lebih senang "merawat karirnya" ketimbang menjalankan apa yang menjadi insting kaum perempuan untuk merawat dan mendidik anak-anak. Hal ini juga telah menyebabkan turunnya tingkat kesuburan perempuan di benua itu dan berdampak pada cepatnya penurunan populasi usia kerja.

Gaby Hinsliff, seorang edtitor desk politik di Observer mengatakan bahwa seorang wanita karir bisa memiliki apa saja, tapi sesungguhnya mereka tidak punya kehidupan. Hinsliff memilih meninggalkan karirnya yang sudah mapan agar lebih bisa menghabiskan banyak waktu dengan anak lelakinya yang berusia dua tahun. Hinsliff dengan berani mengungkapkan kegalauannya ketika harus menggabungkan antara bekerja dan keluarga dan ia mewakili penderitaan banyak wanita karir yang selama ini tak bisa mereka ungkapkan.

Saya tidak menyuruh Anda untuk meninggalkan karir Anda. Bagaimanapun, itu hak Anda. Toh juga tidak ada jaminan bahwa seorang wanita yang meninggalkan karir untuk anak akan membuat anaknya tumbuh dan berkembang sesuai dengan keinginan. Ibu yang setiap hari di rumah, tapi tidak terlalu care pada tumbuh kembang anaknya (misalnya ibu asyik menonton televisi sendiri, sementara anaknya dibiarkan bermain sendiri tanpa bimbingan darinya) tidak akan sebanding dengan ibu yang bekerja namun memanfaatkan waktunya yang terbatas secara maksimal untuk mengikuti dan membimbing tumbuh kembang anaknya.

Wanita manapun, pasti bisa menjadi ibu yang baik jika mau berusaha keras. Anda memang membutuhkan perjuangan yang ekstra, karena selain memikirkan pekerjaan, Anda masih harus memikirkan anak Anda. Nah, apa saja yang bisa Anda lakukan untuk tetap menjadi ibu yang baik? Langkah apa yang bisa Anda tempuh agar anak Anda tetap berkarakter baik di tengah kesibukan Anda? Berikut tips-tipsnya:

  • Lakukan pendekatan pada anak agar Anda mengenal karakternya.

Karakter anak bermacam-macam, ada yang pemalu, penakut, pemberani, ektrovert, introvert dan sebagainya. Dan orangtua yang baik adalah orangtua yang mengenal dengan benar karakter anaknya. Dengan mengenali karakter anak Anda, akan membantu Anda untuk memaksimalkan perkembangannya, termasuk perkembangan psikologis anak Anda. Oleh sebab itu, sesibuk apapun Anda, tetap lakukan pendekatan pada buah hati Anda. Gunakan waktu luang Anda untuk bergurau, bercanda, berdiskusi dan berbincang-bincang dengan anak Anda. Ingat, mengatakan 'Halo, sayang. Bagaimana kabarnya?' setiap pagi dan sore hari bukan pertanda bahwa Anda memperhatikannya, menyayanginya atau mendapatkan hatinya. Sebab, bisa saja kalimat sapaan seperti itu hanyalah bunga bibir yang tidak mempunyai manfaat sedikitpun bagi anak Anda.

Jika perlu, luangkan waktu khusus untuk berdua dengan anak untuk menumbuhkan ikatan batin antara Anda dan dirinya. Manfaatkan kesempatan ini untuk memahami dan mendekatkan diri dengan anak. Anda bisa memanfaatkan waktu tersebut mulai dari saat membangunkan atau mengantarkannya tidur, bermain bersama, menonton televisi bersama, pergi bersama ke tempat-tempat menarik, dan banyak lagi. Usahakan setiap hari ada waktu khusus untuk setiap anak. Akan lebih baik jika waktu libur dimanfaatkan untuk bersama keluarga.

  • Hargai setiap perilaku anak

Menghargai semua perilaku anak, bahkan yang tidak Anda suka sekalipun adalah merupakan bagian dari positive parenting. Jika anak melakukan kesalahan, jangan langsung dimarahi. Tapi gali alasan dia melakukannya, serta ajak dia berpikir apakah itu baik atau tidak. Bersikaplah tenang, karena pada dasarnya setiap perilaku anak adalah proses menemukan jati diri atau identitas dirinya. Dengan cara ini, anak mengerti dan Anda bebas stress.

Yang perlu juga Anda perhatikan adalah jangan menjadi seorang pengkritis sejati akan perilaku anak Anda. Misalnya begini. Anda baru saja pulang kerja. Tiba-tiba Anda mendapati kamar ruang tamu yang berantakan karena ulah anak Anda. Anda tidak perlu langsung marah-marah dan mengkritisi sikap anak Anda yang tidak disiplin. Tenangkan diri Anda terlebih dahulu, baru kemudian Anda mengkomunikasikannya dengan anak Anda. Jika Anda selalu mengkritisi anak Anda, bisa jadi anak Anda akan merasa tidak aman jika bertemu Anda.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline