Lihat ke Halaman Asli

Luk Bohari

Guru Honorer dan Peternak Muda

MENITIH HARAPAN MELALUI JUALAN LUMUT

Diperbarui: 11 Mei 2016   10:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kesuksesan merupakan suatu hal yang sangat diharapkan oleh semua orang. Kesuksesan ini merupakan suatu keberhasilan dari kerja keras yang dilakukan sehingga melalui keberhasilan ini seorang akan merasa bahagia. Akan tetapi tak jarang kesuksesan ini memerlukan suatu usaha dan perjuangan yang sangat keras untuk mencapaikannya, terlebih lagi bagi orang – orang yang berada di perdesaan, yang lapangan perkerjaan sangat minim dan sumber penghasilan sangat kecil. Begitu pula bagi saya, dimana saat ayah saya masih hidup, saya masih mengenyam pendidikan SMA. Saya sudah diajarkan untuk mencari penghasilan atau pendapatan untuk menambah jajan sekolah.

Dimana di saat itu ayah mengajarkan saya bagaimana cara seorang mendapatkan uang melalui suatu hal yang menurut orang tidak bermanfaat atau tidak ada gunanya, yakni “ Lumut “. Selelsai pulang sekolah beliau mengajakkan saya pergi mencari lumut. Lumut yang diambil tersebut kemudian di jual dipinggir jalan kepada orang yang pergi mincing. Kemudian hasil yang didapatkan disisipkan untuk jajan dan ditabung.

Perjalanan hari – kehari silih berganti, dimana pada saat saya mau mengakhiri jenjang sekolah menengah atas, ayah tercinta meninggal dunia. Hal itu membuat saya menjadi terpuruk dan menjadi putus semangat untuk melanjutkan pendidikan saya kejejang perguruan tinggi. Keadaan dana dan pekerjaan yang kurang, dan hanya mengandalkan penghasilan dari bertani. Membuat saya menjadi tidak ada harapan untuk melanjutkan study saya. Sempat saya merenungi semua nasib saya dan mengadukan kepada sang Kuasa tetang semua yang ku hadapi.

Sebulan kemudian pengumuman kelulusan sudah diumumkan, semua teman – teman sibuk dengan kampus yang akan dituju untuk melalanjutkan studinya. Sementara saya hanya bisa menerima nasib dan sempat berpikir untuk menjadi seorang pengembala kambing dan membantu orang tua di sawah. Setelah lama kemudian semangat yang sempat lenyap, menjadi mengembara tumbuh dalam benakku, seakan sang ayah selalu menemaniku. Saya melanjutkan perkerjaan mencari lumut sendiri dan hanya memodalkan keberanian dan tekad yang membara.

Dua bulan bergelut dengan lumut, menghasilkan suatu penghasilan yang cukup. Untuk membayar masuk pada perguruan tinggi. Dengan adanya modal dari hasil jualan lumut tersebut. Kemudian saya mencoba untuk mendaftarkan diri di sebuah Uiversitas negri yang berada Lombok, yakni Universitas Mataram. Dimana pada saat itu saya mengambil 3 pilihan sesuai yang ketentuan yakni : Pertanian, Agrebisnis pertanian, dan pendidikan pancasila dan kewarganegaraan. Alasan saya memilih pertanian adalah untuk membanggakan ayah tercinta yang menginginkan anaknya menjadi seorang mengerti akan pertanian yang dapat memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat di perdesaan saya. Sementara saya memilih PPKn karena alasan sederhana yakni tidak ada pilihan lain yang saya kuasai. Harapan saya untuk mengingikuti kemauan ayah menjadi gagal karena saya diterima pada jurusan PPKn. Akan tetapi ini menjadi tekad dan semangat saya bahwa ini merupakan suatu kodrat dan tanggung jawab saya, dan saya yakin bahwa diterimanya saya pada jurusan ini membuat ayah menjadi bangga di alam sana.

Kini saya telah memasuki semester VI, berkat do’a orang tua dan biasiswa yang saya dapat dari kampus tercinta. Sebagai masukan bagi para pemuda, para generasi penerus bangsa, jangan pernah menyerah dan bahkan putus asa dengan keadaan. Sebab segala cobaan yang di hadapi merupakan suatu diding yang harus di terjang dan dilawan untuk mencapai suatu kesuksesan yang diinginkan. Berusahalah dan berdo’alah pasti kita akan menemukan suatu kebahagian dan kesuksesan itu. Pernah saya membaca bahwa pepatah menyatakan “ Kesuksesan bukanlah kebahagiaan, akan tetapi kebahagiaan adalah kesuksesan” karena banyak orang sukses yang tidak bahagia. Maka dari itu syukurilah nikmat yang diberikan Allah, karena dengan mensyukuri nikmat maka Allah akan menambahkan nikmat-Nya.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline