Lihat ke Halaman Asli

Drs H Abdul Qodir MA: Bila Ingin PBB Besar, Mari Bekerja dan Jangan Mentingkan Diri Sendiri Dulu

Diperbarui: 26 Juni 2015   01:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Drs H Abdul Qodir MA:

Bila Ingin PBB Besar, Mari Bekerja dan Jangan Mentingkan Diri Sendiri Dulu

Drs H Abdul Qodir MA bersama isteri tercinta Vynna Ketika Pelantikan Anggota DPRD Tangsel 2010 lalu
(Tangsel, Swadarma Ekspress): Pada dasarnya PBB (Partai Bulan Bintang) mengikuti idealisme M Natsir (Pimpinan Umum Partai Masyumi = Majelis Syura Muslimin Indonesia), Prof Dr Hamka, Mr Syafruddin Prawira Negara, Prawoto Mangkusasmito, Mr Moh Roem, Ki Kasman Singodimedjo, Fakih Usman, dan para tokoh Masyumi tahun 1955 lainnya, kata Drs H Abdul Qodir MA, (38), lelaki gempal aseli Pamulang Barat Tangerang Selatan (Tangsel) yang kini menjabat Ketua DPC (Dewan Pimpinan Cabang) PBB Tangsel, terpilih dalam Muscablu (Musyawarah Cabang Luar Biasa) pada ahad 2 Oktober 2011 yang baru lalu di UIN Ciputat Jaksel.

Pada Pemilu 1955, dari 40 parpol (Partai Politik) kontestan saat itu , Masyumi berhasil raih suara terbesar dua setelah PNI. Jadi Masyumi pemenang Pemilu 1955 empat besar saat itu, yakni PNI, Masyumi, NU dan PKI. Menurut Drs H Abdul Qodir MA, PBB sejak lahir tahun 1998, di Era Reformasi 13 tahun silam adalah pengejawantahan Partai Politik Islam Masyumi itu sendiri. PBB merupakan reinkarnasi Masyumi 1955!
Kenapa saya katakan demikian, kata H Abdul Qodir, karena misi dan visi, ajaran dan idealisme aseli PBB adalah sesuai dengan yang digariskan Masyumi dahulu. Esensi Masyumi dan PBB saat ini adalah menegakkan SI (Syariat dan Hukum Islam) di NKRI.
Kakek nenek saya Masyumi, sambung H Abdul Qodir lagi di kediamannya Jl Cemara Pamulang Barat Tangsel kepada wartawan belum lama ini. Mereka dulu adalah orang-orang Masyumi pimpinan M Natsir dan teman-teman. Perjuangkan Islam PBB itu yang menarik saya sehingga saya masuk jadi anggota PBB pada tahun 1998, di samping memang saya mengidolai bang Yusril Ihza Mahendra selaku Pimpinan Pusat DPP PBB kala itu, kata Abdul Qodir yang kini anggota DPRD Tangsel unsur PBB.
Detik dan saat ini pun, Partai Nasional dan Islam di Indonesia yang masih konsisten dengan asas Islam yakni PBB. PBB lah satu-satunya partai Islam yang dengan gamblang dan secara terus terang serta blak-blakan menyatakan sebagai partai politik Islam yang mengusung Syariat dan Hukum Islam tegak di NKRI.
PBB masih konsisten dan konsekuen berjuang untuk kemaslahatan bangsa dan umat guna pada akhirnya mengamalkan dan memeraktikkan Syariat Islam. Bila sekarang masih banyak sekali orang yang alergi mendengar Syariat dan Hukum Islam, padahal mereka tak menyadari kehidupan mereka sehari-hari bernuansa Islami. Mereka menikah cara Islam, sunatan, bersyahadat, pergi haji, salat lima waktu, zakat-infak-sodaqoh, bernegara, memandikan jenazah, faroidh (pembagian harta waris), muamalah dan ibadah secara Islam, sejak lahir sampai mati memakai fikih Islam berdasarkan Quran dan sunnah Nabi SAW, tapi kenapa masih alergi kepada Syariat Islam? Apakah karena enggan memakai hukum Islam bernama potong tangan bagi pencuri, cambuk 100 X bagi pezina, dan rajam sampai mati bagi pezina mukhshon serta hukum qishosh sehingga mereka tetap pada Islamophobia terus?
Dan bila kita ingin PBB lebih besar dan bisa masuk DPR RI pada pemilu 2014, kita harus bekerja lebih keras lagi. Jangan kita berfikir apa yang kita dapat dari PBB, tapi kita balik mulai sekarang ini, apa yang bisa kita perbuat untuk PBB? Insya Allah kalau kita bekerja demi PBB yang makin membesar tentu kita harus berpartai lillaahi taala. Tentang mendapatkan uang bisa diperoleh dari mana-mana saja, percayalah, pesan Drs H Abdul Qodir MA suatu ketika disampaikan kepada wartawan di kediamannya.
Artinya sebenarnya kita telah memeraktikkan Syariat Islam. Tapi tetap saja orang tidak menyadari kita telah bersyariat Islam. Pada sebenarnya Syariat Islam telah berjalan di tengah-tengah masyarakat kita sejak dulu. Kita berakikah, menyembelih hewan kurban, bahkan yasinan, dan sebagainya dengan cara dan versi Islam. Mereka rupanya takut terkena hukuman mati, potong tangan dan cambuk atau rajam? Hukuman tak dilakukan bagi orang mencuri karena kelaparan, justru hukum potong tangan bagi koruptor yang mencuri harta rakyat dan negara bukan karena kelaparan tapi nafsu serakah ingin banyak duit, punya mobil baru, rumah gedung baru, kebun lebar, dan lain sebagainya. Mereka yang pantas dapat hukuman berat itu, potong tangan, dan tak diperlukan lagi remisi-remisian bagi koruptor, suruh pulang saja mereka ke rumah masing-masing, asal sudah divonis potong pergelangan telapak tangan.
Para koruptor itu mencuri uang rakyat/negara untuk memperkaya diri sendiri dan menghamburkan uang rakyat. Pada jaman Kekhalifahan Abu Bakar Siddik dan Umar bin Khotob ada pencuri karena kelaperan belum makan dari pagi, silakan saja, tak perlu dipotong tangan atau penjara. Justru orang-orang kaya yang tak membantunya itu yang terkena hukuman penjara atau denda oleh Khalifah Abu Bakar/Umar bin Khotob.
Bila banyak orang kelaparan sampai jatuh sakit, karena distribusi makanan dan minuman tidak merata di Indonesia ini. Tentu kalau distribusi makanan dan kepentingan primer penduduk merata dan penuh keadilan, tak ada lagi rakyat yang kelaparan dan mencuri tebu, cacao, atau bibit tanaman milik perusahaan atau negara.
Orang jadi koruptor karena mental dan keimanan mereka rendah. Mereka tak mampu mengekang hawa nafsu keserakahan terhadap uang negara dan rakyat itu. Namun kita juga harus optimis, masih banyak pula pejabat dan aparat negara yang jujur dan amanah selain yang kotor-kotor itu. Sebenarnya bila hukum positif kita Syariat Islam seperti yang selama ini diusung PBB, insya Allah para koruptor akan jera dan bisa meminimalisir tingkat korupsi di pemerintahan kita.
Walau demikian kita juga harus memahami bahwa kehidupan di Indonesia ini berwarna warni. Dari warna-warni kehidupan itu yang membuat kita dinamis dan ada dinamika. Minimalnya warna-warni itu tak kekentalan sehingga terkesan lebih gelap dan pekat. Tentu akan tak lebih baik lagi hasilnya. Kalau anggota DPR/DPRD mayoritas orang-orang PBB, insya Allah SWT koruptor habis! Orang akan takut melakukan korupsi bila PBB yang menang dalam Pemilu 2014!
Bila anggota DPRD DKI Jakarta dan Kota Tangerang tak ada seorang pun dari PBB pada Pemilu 2009 lalu, memang sangat menyedihkan. Ngomong-ngomong kursi DPRD Tangsel 2014 apakah akan bertambah jadi 2 kursi yang tadinya baru 1 kursi yakni Drs H Abdul Qodir MA, beliau menginginkan dengan usaha keras memperjuangkan agar PBB dapat 2 kursi di DPRD Tangsel 2014 mendatang. Bila orang-orang PBB se-Tangsel berdiam diri saja, enggan membesarkan PBB jelang 2014 yang tinggal 2-3 tahun lagi itu, bisa saja PBB boro-boro punya 2-3 kursi, malah bisa kehilangan yang 1 kursi itu, sehingga nasibnya seperti DKI Jakarta dan Kota Tangerang, tanpa seorang anggota dewan dari PBB pun! Demikian kewaspadaan seorang Petinggi PBB Drs H Abdul Qodir dalam wawancara via telepon kemarin.

Ingin berita-berita dan opini anda dimuat Kompasiana.com, silakan hub Rahmatullah HMHA Rasyid HP 02196114533, 02197410639, 081574586589, 081932084015. 08811327869. Berita menarik lainnya anda bisa baca dan klik www.blognyarahmat.blogspot.com, publicrahmat, beritaumum,
, www.entertainmentonline.blogspot.com, www.sportnet.blogspot.com, FB rahmat rasyid mashud, Email mashud.rasyid5@gmail.com. (rahmatullah hmha rasyid)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline