Lihat ke Halaman Asli

Membentuk Sumber Daya Manusia Yang Siap Bersaing

Diperbarui: 18 Juni 2015   00:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1411202615603847042

Siapa yang akan berkembang pesat jika setiap hari hanya disuruh datang, duduk, diam dan dengar? Kemudian sesekali diberi pertanyaan, kalau tidak bisa menjawab justru takut dan malah menangis. Ya, bukankah rutinitas seperti itu akan mencetak pribadi yang hanya tau harus melakukan sebuah kegiatan monoton? Mereka pun melalukan itu juga karena takut jika melanggarnya maka mereka akan dimarahi atau dihukum.

Jujur dulu ketika saya kelas satu SD memang mengalami masa-masa seperti itu tadi. Monoton, membosankan, kadang justru menegangkan. Untunglah dulu jam sekolah untuk kelas satu hanya sampai jam sebelas, coba kalau sampai jam empat sore, bukankah akan mencetak banyak anak-anak dengan beban hidup masa kecil yang menakutkan? Ah, lupakan masa-masa itu, mari menatap masa depan. Karena menatap memang lebih baik ke depan, kalau ke samping namanya menoleh.

Berbicara tentang cara belajar mengajar, saya jadi ingat sahabat lama saya. Beberapa hari yang lalu saya bertemu dengan sahabat lama itu di sebuah restoran cepat saji, kami dulu satu kepengurusan dalam sebuah organisasi pemuda. Setelah masa kepengurusan berakhir kami jarang bertemu. Ternyata dia menjadi tenaga pengajar di sebuah sekolah swasta. Banyak hal yang kami perbincangkan sembari makan siang, salah satunya adalah cara dia mengajar di kelas dan Kurikulum 2013. Saya terdiam dan lebih memilih mendengarkan ceritanya, maklumlah itu memang dunianya. Saya juga sempat kaget, kok ada kurikulum baru lagi? Emang kurikulum yang kemarin undah benar penerapannya?

Sahabat saya menjelaskan tentang Kurikulum 2013 sepengetahuannya saja. Melihat saya terkaget dan masih agak bingung, kemudian dia menyarankan saya untuk membuka situs Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan yaitu www.kemdiknas.go.id dan mencari berita-berita lainnya seputar Kurikulum 2013 di internet atau media cetak.

Malam harinya saya mengikuti saran sang sahabat. Saya berkelana di dunia maya, mencari-cari berita seputar Kurikulum 2013. Setelah membaca-baca di situs Kemendikbud, saya coba membaca di situs-situs lain. Ternyata tidak sedikit yang kontra dengan diberlakukannya Kurikulum 2013 tersebut. Tak tanggung-tanggung, yang kontra dengan Kurikulum 2013 adalah para guru dan praktisi-praktisi pendidikan.

Wawasan saya mengenai undang-undang pendidikan, rancangan kurikulum, sampai penerapan kurikulum memang tidak seluas praktisi-praktisi pendidikan yang menyatakan kontra dengan Kurikulum 2013. Mungkin mereka punya alasan tersendiri kenapa menolaknya, entahlah. Tapi setelah saya baca-baca sendiri tentang tujuan-tujuan yang terkandung dalam Kurikulum 2013, saya rasa saya punya pandangan lain. Kalau menolak kurikulum baru dengan alasan para guru belum siap, lantas mau menunggu sampai kapan siapnya kalau tidaK mau sedikit berlelah-lelah mempersiapkan diri? Kalau menolak karena anggaran yang harus disiapkan negara lebih besar, bukankah hasil yang luar biasa harus dibayar dengan harga yang tidak sedikit? Tau dari mana hasilnya akan luar biasa? Begini, bukankah setiap kita diajari untuk optimis? Bukankah sama-sama ngarepnya lebih baik kita ngarep yang terbaik? Sama halnya dengan mengucap, sama-sama mengucapnya bukankah lebih baik mengucapkan kata yang memberkati dari pada kata yang mengutuk?

Salah satu yang baru dalam Kurikulum 2013 adalah metode belajar yang mengusung metode Tematik-Integratif. Metode belajar ini bertujuan untuk menyederhanakan mata pelajaran, karena dalam kurikulum sebelumnya dirasa terlalu padat sehingga membuat siswa agak terbebani dengan pelajaran-pelajaran yang harus dipahaminya. Dengan usia anak tingkat Sekolah Dasar kalau terlalu banyak disuguhi dengan pelajaran maka paling bagus mereka hanya akan jago dalam menghafal, atau justru jago merayu minta bantuan teman sebelahnya? Entahlah.

Dengan dasar itulah maka Kurikulum 2013 dibuat. Tujuannya jelas, mengajak siswa lebih aktif sejak dini. Dengan dikuranginya mata pelajaran bukan berarti jam sekolah mereka juga dikurangi, tetapi sebagian jam belajar mereka dipakai untuk berinteraksi. Berinteraksi dengan lingkungan sekitar, berinteraksi dengan teman barunya, atau berinteraksi dengan lingkungan sekitar bersama teman-teman barunya.

Bukankah itu akan menyenangkan? Hal seperti itu dulu tidak saya dapatkan di Sekolah Dasar. Kami dulu justru cenderung pasif. Tapi sekarang berbeda. Kemendikbud mencoba untuk memandang jauh ke depan, makanya kegiatan belajar yang menuntut siswanya aktif sejak dini pun dibuat. Betul memang, dengan jaman yang semakin berkembang kalau kita tidak mempunyai pandangan yang jauh sekalian maka kita hanya akan berkutat disitu-situ saja. Nah kalau hanya berkutat distu-situ saja, kapan kita mewujudkan cita-cita menjadi bangsa yang setara dengan bangsa adidaya?

Sebenarnya masih banyak hal baru yang banyak manfaatnya dari Kurikulum 2013, saya hanya memaparkan beberapa saja. Hal baru pasti akan selalu menuai kontradiksi, tetapi jika selama itu masih hal yang positif bukankah lebih baik kita segera beradaptasi dan memberikan masukan yang membangun dari pada mencari-cari kelemahan kemudian menghakimi?

Bukan bermaksud menyudutkan salah satu pihak dan membela pihak lainnya, saya hanya ingin mencoba berpandangan lain. Karena setiap sisi pasti punya satu sisi lagi, dan setiap hal pasti punya alasannya tersendiri. Dan kurikulum 2013 ini dibuat, tujuannya jelas, ingin sedari dini membentuk sumber daya manusia yang siap bersaing di jaman yang semakin maju.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline