Pernah dengar alasan kenapa smartphone berkembang sampai ada seri S5? Bahkan, kenapa ada produsen smartphone yang sudah mengembangkan smartphonenya sampai seri ke-6? Panjang sih pasti penjelasannya, tapi yang pasti tujuannya adalah pabrikan-pabrikan itu ingin merekalah yang menjadi leader dalam perkembangan smartphone di jaman yang semakin maju dan mempunyai pengguna yang lebih banyak.
Apakah mereka memikirkan barang yang mereka produksi itu user friendly? Disini menariknya. Mereka tidak pernah khawatir apakah produknya akan mudah dipakai penggunanya atau tidak. Karena apa? Karena sebelum dilempar ke pasar, mereka sudah memikirkan kemungkinan-kemungkinannya. Selain itu, pada setiap smartphone baru pasti ada buku panduan penggunaan produk yang akan memandu para pengguna. Pertanyaannya sekarang adalah, maukah user belajar dari buku panduan atau bertanya kepada pengguna yang sudah lebih dulu mempelajarinya?
Dari berbicara tentang teknologi smartphone, mari kita ngomongin pendidikan. Jangan salah, pendidikan juga ada kaitannya dengan teknologi. Tapi, bukan itu yang mau dibahas sekarang. Sekarang mari kita bahas kurikulum. Menurut Wikipedia, kurikulum adalah perangkat mata pelajaran dan program pendidikan yang diberikan oleh suatu lembaga penyelenggara pendidikan yang berisi rancangan pelajaran yang akan diberikan kepada peserta pelajaran dalam satu periode jenjang pendidikan.
Nah, di Indonesia sendiri, kurikulum pendidikannya sejak merdeka sampai sekarang sudah beberapa kali berubah. Kenapa kurikulum pendidikannya diubah-ubah? Karena kurikulum bisa menggambarkan dinamika pembangunan pendidikan. Seperti halnya jaman, pendidikan pun mempunyai dinamika. Maka dari itu, ada perubahan-perubahan kurikulum yang bertujuan untuk menyesuaikan dinamika perkembangan jaman.
Nah, sekarang korelasinya apa antara berubahnya kurikulum di Indonesia dan cerita tentang teknologi smartphone yang juga berubah sesuai perkembangan jaman? Korelasinya adalah, kalau kita mau bersaing, mau maju, tidak mau stagnan, ya kita harus mau berubah. Berubah ke arah yang lebih maju tentunya.
Kalau waktu masih sekolah dulu, saya merasakan kurikulum 1994 yang kemudian berubah menjadi kurikulum 2004 atau yang akrab disebut Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Menurut yang saya baca di media-media cetak dan online, kurikulum 2004 dibuat supaya siswa dapat mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan, catatan, grafik, dan diagram. Dengan kata lain, siswa lebih aktif dalam mempelajari materi yang diberikan oleh guru. Sehingga ketika diminta untuk mempresentasikan diagram atau grafik tidak kesulitan lagi. Berbeda dengan kurikulum-kurikulum sebelumnya. Nah, perubahan disini sudah ada dampak kemajuannya, bukan?
Kurikulum 2004 kemudian diubah menjadi kurikulum 2006 atau Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kurikulum 2006 memang tidak banyak berbeda dengan kurikulum 2004, perbedaan yang menonjol adalah di kegiatan gurunya. Pada kurikulum 2006 para guru diberi kebebasan untuk merencanakan pembelajaran sesuai dengan lingkungan dan kondisi siswa serta kondisi sekolahnya berada. Hal ini dikarenakan setiap sekolah atau daerah mempunyai kompetensi yang berbeda-beda. Sehingga pemerintah pusat memberikan kebijakan seperti itu. Bukan bermaksud merendahkan kompetensi siswa di Halmahera, tapi ya jangan samakan kompetensi siswa di Jakarta dengan siswa di Halmahera. Cukup adil sih seharusnya.
Nah, yang terakhir ini yang masih hangat. Hangat kebijakannya, hangat cara-caranya, hangat juga sanggahan-sanggahannya. Yang terakhir saat ini adalah perubahan kurikulum 2006 menjadi kurikulum 2013. Kenapa banyak sanggahan pada perubahan kurikulum 2013 ini? Pasti mereka punya alasan tersendiri, tetapi beberapa diantaranya yang saya tahu adalah dikarenakan guru akan kurang aktif dalam menjelaskan pelajaran dan materi-materi di kurikulum baru ini yang masih susah dipraktekkan oleh para guru.
Sebenarnya, menurut yang saya baca di media-media online atau di website Kemendikbud, kurikulum 2013 bukan bermaksud untuk mengurangi peran guru di kelas. Bukan juga untuk mempersulit guru karena perubahan kurikulum terus menerus. Tetapi dalam kurikulum 2013 ini, pemerintah bermaksud untuk mengajak siswa sejak dini bisa memecahkan masalah yang mereka hadapi sendiri. Jadi tidak melulu bergantung pada pengajar. Karena tantangan jaman semakin beragam, kalau tidak diajari sejak dini ya mereka bisa ketinggalan jauh. Maka dari itu dalam kurikulum 2013 para murid dituntut untuk kreatif dan inovatif. Tidak hanya murid, pengajarnya pun harus demikian. Jadi, belajar akan menarik karena bisa dilakukan dimana saja dan dengan siapa saja. Tidak pasif, atau hanya menunggu.
Untuk para pengajar juga jangan khawatir. Sama seperti produsen smartphone yang saya ceritakan di awal tadi, setiap produk baru pasti sudah dipikirkan kemungkinan-kemungkinannya. Selain itu pasti juga akan ada buku panduannya, supaya user terbantu dalam penerapannya. Pada kurikulum 2013 ini pun demikian, pemerintah sudah mempersiapkan sedemkian rupa sehingga para pengajar akan terbantu. Ya memang diperlukan usaha sedikit. Karena pengajar harus aktif membaca dan mencari tahu. Jangan pasif dan menunggu diajari atau ada pelatihan-pelatihan dari pemerintah.
Salah satu bantuan yang saya dapat dari website Kemendikbud adalah buku paket yang bisa diunduh gratis. Tidak hanya guru, bahkan murid dan orang tua murid pun bisa mengunduhnya. Bagaimana? Tetap ada jalan keluar kan, untuk setiap hal baru yang dianggap menyulitkan.
Kementrian Pendidiakn dan Kebudayaan melalui websitenya sudah menyiapkan semua materi pendukung untuk para murid dan guru. Tidak hanya untuk SD, bahkan SMP, SMA dan SMK pun sudah disiapkan, tinggal diunduh gratis di http://bse.kemdikbud.go.id/buku/kurikulum2013.
Jadi, kalau para pengajar mengeluh akan susah menerapkan materi atau kesulitan memahami materi yang akan diajarkan, mari kita sedikit berlelah mencari tahu. Membaca dan bertanya kepada yang sudah mau berlelah mencari tahu lebih dulu pasti akan banyak membantu. Sama seperti produk-produk smartphone, produk pemerintah dalam hal ini kurikulum 2013 pun punya buku panduannya. Tinggal kitanya, mau belajar atau pasif menunggu disuapi. Semangat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H