Lihat ke Halaman Asli

Sudah Luntur, sudah Hilang, harus Bertemu, harus Ketemu...!!!

Diperbarui: 26 Juni 2015   06:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Panggil saya “Kartini” disebut-sebut sebagai pembawa cahaya di jaman kegelapan, samakah beliau dengan Thomas A Edison? Samakah beliau dengan Einstein ? Beda penemuan, namun sama-sama cahaya. Tak adakah cahaya di pikiran mereka sehingga mereka membentuk cahayanya sendiri? Pengaburan dan penyamaran ini membuatnya tersamar dan terkaburkan kebelakang kedepan dan lalu terkoyak menjadi remah-remah kesalahpahaman yang nantinya akan saya tertawakan dengan kecerdasan yang membuat saya membodohkan mereka, sama seperti cahaya mereka yang memecah 7 warna kesalahpahaman yang menjadi hobi baginya yang menjadi penemuan baginya. “Will you still remember me?”.

Saya tersandung untuk kesekian kalinya, pada persekongkolan kecil antara saya dia yang dulu pernah dibuang. Padahal saya pun masih besekongkol dengan dia yang saya temukan dalam mimpi.

Entah mengapa, saya dia yang termimpikan menjadi getir yang tidak terelakkan, dia yang termimpi membumbung tinggi bersama mimpi lain yang tak ingin saya impikan karena saya tak serupa dengan yang dipungukkan. Sementara, saya dia yang terbuang mengadu derita beda yang ujungnya pun sama namun terpisah mimpi.

Merasa saya sangat menderita dan gusar saat melihat yang termimpi bersenda gurau dengan punguknya, namun yang terbuang melihat saya sebagai seorang anak kecil dan mengatakan “I swear”. Entah apa yang saya harus perbuat, persekongkolan yang dulunya saya bela hingga terbuang menepiskan gelak tawanya dan yang terpatri hanya sembilu yang dia termimpi goreskan.

Saya menuntup mata, telinga, dan mulut seperti tiga ekor kera dalam agama Budha. Akan tindakan dia bersama punguknya dan saya menutup mata, telinga, dan mulut saat dia dengan beribu-ribu dia mengajak saya membentuk persekongkolan kecil namun terbelakang. Berharap serbuk sari itu kembali terbang dan membentuk hujan.

Siapakah saya di hati dia? Yang pertama ? Saya tidak mau, karena pasti akan ada yang kedua. Tak bisakah dia menjawab “hilang, tapi akan tetap ada” hingga bertahun merajut jaring yang sama?

Gatal rasanya, mengharap dapat memukulnya dengan balasan,namun apa guna dia pun membalas yang lebih sembilu sendu.

Siapa mereka yang mengganggu pikiran saya, membuat saya merasa gatal semakin ingin memukul ?! Siapa mereka yang memamerkan pencemburuan saya ?! Siapa mereka ?! Yang membuat suhu dikamar saya menjadi lebih kacau dari sebelumnya ?!

Saya samarkan, saya kaburkan, saya buat saja mereka menghilang, saya buat mereka lebih menyesal. Saya kaburkan semoga terhambur keluar jendela kamar saya.

Sudah luntur, sudah hilang, harus bertemu, harus ketemu cahaya...!!!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline