Lihat ke Halaman Asli

Refleksi Buku: Menatap Punggung Muhammad

Diperbarui: 25 Juni 2015   08:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Sebuah kisah perjalanan pencarian arti sebuah mimpi, yang sebenarnya jika saya artikan adalah pencarian sebuah makna perjalanan hidup
dimana kisahnya akan selalu berubah dari waktu ke waktu, tergambar dalam fluktuasi sebuah iman yang dalam buku tersebut dituliskan
kadang berada dalam palung yang dalam, kadang mendadak tersentak ke atas bagai sebuah kuantum..

perjalanan ini akan terus ditoreh dalam baik dan buruknya akhlak manusia,
walaupun bisa dengan segala logika dan rasionalitasnya mengatakan ini benar dan ini salah..
mana yang seharusnya dan mana yang tidak seharusnya....
namun, lupa, menjadi jargon yang indah dalam menyesuaikan sebuah keadaan yang urung dilakukan namun urung juga diinsafi..

lalu biarlah...dan biarlah..entah sampai kapan...

tapi pertanyaan saya,
apakah sebuah kealpaan itu adalah sebuah kewajaran yang bisa terus dipahami untuk menjadi biasa?

pada hati setiap insan adalah baik sifat dasarnya,
kebaikan ini akan terus bergema baik dalam intensitasnya yang kecil atau besar..
sebenarnya, manusia tidak lupa, hanya menafikan gema hati yang sebenarnya sudah meng-alarm dalam sudut batinnya..

saya mendapati bahwa mencari sebuah cahaya dalam palung hati adalah berada dalam kesunyian.
tidak diartikan tanpa siapa-siapa, tapi tidak perlu diketahui oleh siapa siapa,
karena ikhlas adalah hal yang tipis, rentan, dan mudah sekali berubah bentuknya
disinilah pencarian itu sedikit demi sedikit menemukan sketsanya.
jika tidak dengan sebuah tekad untuk memenuhi panggilan pencarian itu,
maka maknanya akan kabur, esensinya akan hilang begitu saja, dan kebodohan akan terus terjadi.

begitulah sedikit gambaran latar belakang kisah yang yang digambarkan dalam sosok aku.
dengan sisi ketidaktahuannya tetang Muhammad, ia menjadi semakin dekat bahkan terasa sangat dekat bagi subjek lain yang memahami ceritanya,
Sosok Sayyidina ada, hidup diantara umatnya..sejak dulu hingga sekarang...
memahami dan melihatnya dengan hati, bertemu dalam jiwa,
tidak terbatas pada dimensi garis-garis gambar mati dan kerangka jarak juga waktu,
dititik terdalam, tersisip pesan kebaikan bagi seluruh alam....adalah esensi dari setiap pesan perilaku Beliau

rindu pada sosok yang belum pernah dijumpa, secara tak sadar muncul begitu kuat saat aku mulai mengenalnya...
memahami cerita dan kisah-kisahnya
disinilah kebaikan yang sejati selalu mampu menarik hal-hal disekelilingnya, baik itu yang bersih ataupun yang kotor dalam sudut pandang manusia
tidak terkecuali melalui deskripsi sebuah cerita,
Cahaya kebaikan, terpancar dari setiap kisah teladannya,

Rindu Kami Padamu Ya Rasul...




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline