Lihat ke Halaman Asli

Ingin Kaya?

Diperbarui: 24 Juni 2015   01:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Oh, begitu rupanya. Gajinya besar. Pantas saja. Saya pun ngiler. Sepertinya harus coba. Nanti. Lima tahun lagi. Mungkin. Siapa tahu jodoh. Lumayan. Lebih dari lumayan. Menggiurkan. Sebulan Rp 14 juta. Waww. Tapi itu kotor. Bersihnya Rp 9 juta. Uhh, masih waww. Itu delapan kali UMK. Setahun gaji buruh. Dua tahun gaji pembantu. Tiga tahun gaji honorer. Impian menahun kaum papa.

Miris. Sungguh tidak adil. Buruh kerja berkeringat. Jam kerja ketat. Beban, berat. Malas, potong gaji. Bandel, pecat. Bandingkan dengan mereka. Orang bilang anggota dewan.Wakil rakyat. Terhormat, katanya. Coba tengok! Apa kerja mereka? Cuma duduk, bukan? Sisanya jalan-jalan. Kemasannya studi banding. Jam kerja longgar. Minim pengawasan. Tak ada sangsi. Kecuali korupsi. Itupun karena apes. Lantaran ketahuan. Jadi tumbal.

Yu ah, nyaleg. Yaaa... untung-untungan. Mudah-mudahan beruntung. Barangkali mujur. Tingkat lokal dulu. DPRD Kota, misalnya. Niatnya jangan muluk. Jangan sok peduli. Realistis saja. Pragmatis. Murni cari uang. Biar kaya. Banyak duit. Hidup enak. Mobil dikasih pinjam. Diberi tunjangan. Dapat proyekan pula. Minat?

Hey, ayo tertawa. Debat capres ribut. Antarpendukung saling sikut. Lempar-lemparan kursi. Padahal satu partai. Demokrat. Kenapa? Gara-gara yel-yel, katanya. Memalukan. Menjijikan. Satu rumah berantem. Gile loe, Dro.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline