Lihat ke Halaman Asli

Mampukah Pendidikan Indonesia Memaksimalkan Potensi Kecerdasan Generasi Penerusnya?

Diperbarui: 23 Juni 2015   21:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Jika suatu saat kita ditanya, siapa yang lebih pintar Einstein, Mozart, Darwin, J.K Rowling, atau Rendra? Atau sederat nama tokoh-tokoh lain yang terkenal. Banyak diantara kita yang akan bingung jika disuruh menjawabnya. Ya, tentu saja, karena tokoh-tokoh tersebut mempunyai kecerdasan di ranahnya masing-masing. Mereka dididik dan belajar memaksimalkan potensi yang dimiliki.
Tiba-tiba saja kecerdasan manusia serta instrument dan indikator pengukurnya menjadi hal penting, terutama ketika kecerdasan dihubungkan dengan syarat-syarat mencapai kesuksesan hidup. Pembicaraan mengenai kecerdasan sangatlah luas dan terus berkembang, mulai dari Plato hingga gardner yang mengusung teori kecerdasan jamak (multiple intelligences). Dan teori kecerdasan mengalami puncak perubahan paradigma pada 1983 saat Howard Gardner (seorang profesor dari Harvard University), perubahan paradigm tersebut yakni: Pertama, kecerdasan tidak dibatasi tes formal. Kecerdasan seseorang tidak mungkin dibatasi oleh indicator-indikator yang ada dalam tes formal karena kecerdasan seseorang selalu berkembang (dinamis). Kedua, kecerdasan itu multidimensi. Kecerdasan seseorang adalah proses kerja otak sampai orang itu menemukan kondisi akhir terbaiknya. JK Rowling menemukan kondisi terbaik sebagai penulis pada usia 43 tahun dan terus berkembang. Ketiga, kecerdasan adalah sebuah proses discovering ability, yakni kecerdasan lebih dititikberatkan pada proses untuk mencapai kondisi akhir terbaik. Multiple intelligences menemukan kemampuan seseorang melalui discovering ability (metode ini meyakini bahwa setiap orang memiliki kecenderungan pada jenis kecerdasan tertentu).
Lalu, mampukah pendidikan di Indonesia (yang masih menggunakan Ujian Nasional sebagai tolak ukur hasil akhirnya, yang masih lebih mementingkan aspek kognitif untuk ditonjolkan) memaksimalkan potensi kecerdasan generasi penerusnya?

Pendidikan yang Sempurna
Pendidikan itu mendewasakan.
Sistem pendidikan yang paling sempurna adalah sistem pendidikan yang menjadikan seorang anak laki-laki tumbuh besar menjadi laki-laki sejati, menjadikan seorang anak perempuan menjadi seorang wanita hebat. Yang mengajarkan tindakan konstruktif dan bukannya destruktif.
Dan yang terpenting, menjadikan seorang anak untuk berani, jujur, dan baik hati.

Nadia Aghnia- Penulis buku “Bicycle Diaries”

bacaan:
Thomas Armstrong- Multiple Intelligences di dalam Kelas
Nadia Aghnia- Bicycle Diaries




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline