Asssalamualaikum,
Apakabar Tuan Fahri?
Perkenalkan saya Arista, seorang buruh migran di Hong Kong. Meski sengaja menyebut diri sebagai buruh migran, saya tidak akan tersinggung kalau ada yang menyebut profesi saya sebagai TKI, TKW, PMI, Babu dan sebuatan lainnya. Toh apapun sebutan yang disematkan orang tidak akan ada pengaruhnya untuk kehidupan pribadi saya. Kehidupan yang saya jalani dan mesti saya perjuangkan sendiri tanpa harus 'mengemis' kepada siapapun selain kepada pemberi kehidupan. Jadi, jangan khawatir di dalam surat ini tidak akan ada permintaan agar Tuan sudi meralat kalimat yang terlanjur dicuitkan atau meminta maaf kepada saya. Bagi saya pribadi hal seperti itu tidak ada gunanya. Tetapi kalau untuk tuntutan yang sudah disampaikan teman-teman BMI secara resmi, silakan Tuan penuhi. Sebab sudah semestinya Tuan Fahri bertanggungjawab atas ucapan sendiri.
"Anak bangsa mengemis menjadi babu di negeri orang dan pekerja asing merajalela," begitu bunyi kicauan Tuan. Kalimat satire dengan diksi tingkat dewa yang (mungkin) terlahir dari pemikiran seorang politisi yang melewati proses pemikiran panjang dalam keresahan yang berlebihan. Bukankah sebuah kalimat yang lahir pada jam empat pagi kalau bukan diucapkan oleh orang yang sedang mengigau tentunya diucapkan oleh seorang pemikir dan perenung yang sengaja terjaga di sepertiga malamnya? Dan mana yang benardi antara dua option itu hanya Tuan Fahri dan Tuhan yang tahu.
Saya terdorong menulis surat ini bukan hanya karena cuitan yang Tuan unggah pada Selasa subuh lalu. Saya ingin menuliskan uneg-uneg saya ini malah setelah menyimak berita dan pernyataan Tuan yang dimuat laman detiknews.
Tuan Fahri, pada penjelasan tentang kicauan tuan kepada media, Tuan mengaku memang tengah fokus mengomentari isu nasional. Pertama karena Indonesia sedang kehilangan prioritas untuk ditangani. Padahal, banyak persoalan yang seharusnya diutamakan. Sedangkan 'concern' merupakan prioritas, Tuan. Kedua, karena sebagai Ketua Tim Pengawas Tenaga Kerja Indonesia, Tuan mengaku sangat mengetahui nasib pekerja Indonesia di luar negeri yang kondisinya tragis bahkan tak jarang ada yang diperbudak. Sebagai bagian dari BMI, tentu saja saya senang sekali mengetahui perhatian dan pengakuan Tuan yang memang sudah seharusnya begitu.
Tetapi, kesenangan saya mendadak hilang setelah menyimak baik-baik berita bertajuk 'DPR Dapat Kabar Kondisi Sebagian TKI di Hong Kong Memprihatinkan'. Berita yang baru saya cari dan baca setelah membaca kutipan pernyataan Tuan yang disebutkan dalam pressrealese JBMI itu membuat saya menyadari kalau Tuan Fahri bukan hanya orang yang sembarangan memilih kata dalam cuitan tapi juga ngawur dalam berbicara (baca; tidak benar-benar berdasarkan data). Dan lagi, jelas-jelas pertanyaan wartawan adalah tentang keadaan TKI di Taiwan tapi Tuan menjawab tentang TKI di Hong Kong, yang sebenarnya keduanya sama-sama tidak Tuan Fahri pahami.
Berikut ini transkrip wawancara wartawan di DPR dengan Tuan Fahri Hamzah yang ingin saya tanggapi. (Transkip dan berita lengkap berikut video-nya bisa dilihat di laman detiknews)
Wartawan: Pak, Apa benar banyak TKI disiksa di Taiwan?
Tuan Fahri: Saya ketua tim pengawas tenaga kerja, setelah tim kita bentuk kemarin, kita sudah mendapatkan ada banyak sekali informasi dari luar negeri, yang memang cukup mengagetkan yang oleh Pemerintah belum pernah diungkap. Ada data penting misalnya, saya mendapatkan data dari satu report resmi dari NGO Path Finder, di Hong Kong itu ada sekitar 1.000 tenaga kerja perempuan, dan sekitar 1.000 anaknya itu yang akhirnya diasuh oleh NGO karena kelahirannya tidak dikehendaki. Dan yang mengagetkan juga adalah mereka mengatakan ada 30 persen dari tenaga kerja kita di sana itu yang mengidap HIV AIDS, nah ini data-data yang memang kami baru dengar termasuk soal penyiksaan dan sebagainya, karena itu tim pengawas tenaga kerja luar negeri, juga akan secepatnya memanggil pihak BNP2TKI dan Kementerian Tenaga Kerja untuk menjelaskan kasus-kasus ini, karena dari versi resmi pemerintah itu tidak terungkap, tapi saya dikirimi koran-koran dan laporan-laporan dari NGO yang membantu tenaga kerja kita di luar negeri yang rupanya cukup menyedihkan keadaannya. Jadi saya kira ini kita akan investigasi bersama komisi terkait dan kita akan serahkan dokumen-dokumen terkait ke pemerintah.
Path Finder sudah membantah apa yang Tuan sebutkan, jadi terbukti pernyataan Tuan tidak sesuai data dan fakta. Lagian yang ditanya wartawan kan Taiwan, kenapa jawab Tuan lari ke Hong Kong? Maaf ya Tuan, kok saya jadi curiga kalau sebenarnya Tuan Fahri ini terobsesi ingin jalan-jalan ke Hong Kong dengan alibi investigasi. Kalau benar begitu, kami tunggu! Tuan, tentang semua hal yang Tuan sebutkan terjadi di Hong Kong itu adalah persoalan mayoritas BMI di berbagai negara penempatan lainnya dan jika benar semua itu tidak pernah terungkap dalam data resmi pemerintah, sebenarnya berbagai media juga sudah kerap memuat berita seperti itu, apalagi kalau berita negative yang membuat pandangan negative sebagian masyarakat Indonesia kepada BMI menjadi abadi.
Wartawan: Termasuk yang Taiwan?