Lihat ke Halaman Asli

Manusia Kepiting

Diperbarui: 26 Juni 2015   07:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada kebiasaan di waktu kecil. Kala itu, saya kadang ngotot untuk ikut dengan Ibu atau Bapak untuk berangkat ke pasar . Bahkan, tidak jarang saya menangis kalau keinginan itu tidak terpenuhi. Saya tidak akan menceritakan alasan kenapa saya sampai ngotot begitu rupa, karena dalam pandangan saya, hal tersebut tidak subtantif. Saya hanya akan mengemukakan beberapa pengalaman dengan suatu harapan ada ibrah di dalamnya.

Suatu waktu, ketika kami berada di “Blok Busuk—blok ini adalah istilah yang saya buat untuk menamai tempat penjualan ikan yang memang mengeluarkan bau yang sangat tidak sedap” ketika ibu saya asyik bertransaksi dengan penjual ikan, mata saya memandangi kepiting yang berada dalam baskom yang juga dijual oleh penjual tersebut. Anehnya, baskom tersebut tak memiliki penutup. Antara satu kepiting dengan kepiting yang lain saling menginjak da menarik dengan capitnya masing-masing. Alhasil, sekalipun dibiarkan terbuka, tak satu pun kepiting yang berhasil lolos dari baskom tersebut.

Ketika sudah dewasa seperti saat ini, saya kembali menyaksikan kejadian tersebut. Kejadian tersebut terjadi pada hari Minggu (07/03/10), ketika saya berangkat ke Bone untuk menghadiri resepsi pernikahan salah seorang teman. Setelah bersalaman dengan dengan sang mempelai, segera saya putuskan untuk balik ke Bulukumba. Tetapisebelum pulang, saya memesan kepiting ke Ketua KPU Bone sebagai ole-ole. Saya saksikan dengan mata kepala sendiri bagaimana kepiting tersebut tidak ada satu pun yang keluar dari wadahnya—kali ini menggunakan dos. Alasannya, tetap saja seperti di waktu kecil, bahwa kepiting-kepiting tersebut saling menginjak dan dengan capitnya menarik kepiting-kepiting yang akan keluar dari wadahnya.

Dalam pandangan saya, fenomena yang terjadi pada kepiting tadi menarik untuk simak baik-baik. Hal ini juga mengingatkan kita pada kehidupan manusia. Kadangkala, tanpa disadari banyak manusia yang bertingkah laku seperti kepiting. Saat ada seorangteman berhasil mendaki ke atas atau berhasil mencapai sebuah prestasi, tanpa sadar, kita justru merasa iri, dengki, marah dan tidak senang atau malahan berusaha menarik dan menjatuhkan teman tersebut kembali ke bawah. Tidak sepantasnya kita berprilaku seperti kepiting dalam baskom. Sebab bukan saja akan berdampak pada teman tersebut, justru sebaliknya akibatnya juga bisa menimpa kita sendiri.

Suatu waktu Rasulullah berkumpul dengan sahabat di masjid. Tiba-tiba Rasulullah berucap “ mauka engkau Aku tunjukkan calon penghuni syurga ?” para sahabat menjawab :”tentu Ya Rasulullah”. Rasulullah melanjutkan “ akan datang dari arah sana” Ternyata sahabat yang dimaksud adalah sahabat dari golongan Anshar yang bernama Abdullah. Mendengar hal tersebut, salah seorang sahabat yang bernama Abdullah Bin Amr Bin Ash menyelidiki dan bertanya kepada sahabat dari golongan Anshar tersebut dan dijawab dengan sederhana “Bahwa selama saya Muslim, tidak pernah sedikit pun muncul iri hati dan dengki kepada nikmat yang dinikmati saudaraku sesama muslim”

Karena itu, tidak perlu kita cemas terhadap keberhasilan orang lain. Tak perlu juga kita menyimpan iri hati dan dengki terhadap orang lain, apalagi muncul tindakan untuk menghalangi teman atau orang lain. Buang semua fikiran negatif yang nantinya justru membelenggu kita dalam “baskom” selamanya. Sebab bukankah kita semua berhak untuk sukses.....!


yang paling penting adalah bagaimana kita mengarahkan diri untuk juga berusaha dengan segenap kemampuan kita meraih kesuksesan seperti saudara kita.Yakinlah akan Sunnatullah.......!

Nabi Muhammad mengajakan sebuah doa “ Wa la taj’al fi qulubina gillan lilladsina amanu: dan janganlah engkau Ya Allah menjadikan dalam hatiku sedikit pun iri hati dan kedengkian yang sangat terhadap nikmat yang telah Engkau rezkikan terhadap orang mukmin yang lain “

Terakhir, semoga kita tidak tergolong “manusia Kepiting”, Wallahu A’lam




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline