Lihat ke Halaman Asli

Akankah Mereka Mewakili Kami (Rakyat)?

Diperbarui: 17 Juni 2015   19:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Ada yang berbeda dengan situasi gedung MPR hari ini. Sekaligus memperingati hari kesaktian pancasila yang tepat jatuh pada 1 oktober 2014, bertempatan pula dengan pengambilan sumpah para wakil rakyat. DPD dan DPR  dari seluruh penjuru nusantara diambil sumpahnya untuk masa jabatan 5 tahun kedepan.

Siapa sangka beberapa muka lama yang kusam dan lusuh tetap berada disinggasana dengan jas, peci dan sepatu yang baru, namun tak sedikit juga muncul pendatang baru. Ada yang bersedia untuk diberitakan dengan gaya pakainannya yang baru dan necis namun ada juga sebaliknya yang ingin tetap bepenampilan rendah diri tak menampakan kemewahan sedikitpun.

Tertawa tersenyum ria, menatap teman-teman baru yang berdoa dapat menjadi rekan sekaligus saudara dalam membangun negeri. Harapan rakyat yang begitu besar terhadap aspirasi yang hendak mereka perjuangkan. Dari sabang sampai marauke terdapat beberapa wakil yang telah dipilih dengan proses demokrasi. Mereka dipilih bukan untuk kepentingan pribadi, mereka sengaja dipilih diharapkan dapat mewakili aspiriasi. Sedemikianlah proses demokrasi bangsa indonesia yang telah dilakukan tepat pada 9 april silam.

Namun siapa sangka jauh sebelum pelantikan dilakukan, muncul berita kontroversial dari beberapa anggota yang terpilih.  Pemberitaan terkait penggadaian surat keputusan kerja, tak lama memenuhi berita dimedia indonesia. Tak heran apabila opini negatif mulai bermunculan disaat pekerjaan belum terlaksana namun sudah bergerak untuk mengembalikan modal. Tak salah apabila sebutan untuk mengembalikan modal menjadi polemik dimasyarakat.

Biaya kampanye yang besar, meliputi pembuatan baliho, poster, kampanye terbuka dan lain-lain diprediksi tidak sedikit memakan biaya. Ditambah lagi dengan caleg-caleg yang “wajib menang, menghalalkan berbagai macam cara” entah itu dengan black campaign atau money politics” sudah dipastikan memakan modal bermiliyar-miliyaran rupiah demi duduk di kursi  seharga 15 juta namun berbalut fasilitas mewah hingga tunjangan pensiun.

Tak cukup sampai disana, pemberitaan negatif terhadap kualitas dan profesionalitas wakil rakyat juga diragukan. Beberapa anggota legislatif yang muncul dari kalangan dunia hiburan atau artis sering kali menjadi barang ejekan.

Latar belakang yang bukan politik sering kali diremehkan. Wajah yang biasanya muncul di televisi kini akan berjuang di senayan, membawa aspirasi para pemilih mereka. “jangan memandang orang lewat cover, kita belum bisa memastikan kualitas dan bukti diri mereka sebelum melihat hasilnya.

Sudah saatnya kita mengubah paradigma negatif terhadap para wakil rakyat. Sudah seharusnya rasa kepercayaan terhadap mereka kita bangun. Berpikiran positif tidak salah, mempercayai mereka merupakan amal ibadah. Namun selaku masyarakat yang cinta akan kemajuan bangsanya, tak lupa kita harus tetap peduli melalui memonitoring dan mengawasi kinerja mereka agar semua mutlak berjalan sesuai amanah dan amanat konstitusi.

SEMOGA ANDA MEWAKILI KAMI DAN ASPIRASI KAMI

tutur harapan anak bangsa

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline