Lihat ke Halaman Asli

Puan Maharani? Bisakah?

Diperbarui: 17 Juni 2015   19:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Dengan hormat dan penuh rasa keraguan, kami sebagian kelompok masyarakat menyatakan bahwa kepiawaian seorang Puan Maharani belum mumpuni dalam mengakomodasi kepentingan rakyat

-Mengutip dari salah satu pendapat orang-orang yang ragu

Tak ada yang salah dengan sebuah keraguan, panasnya deklarasi kabinet bapak Presiden Jokowidodo kemarin menuai sekelumit cerita kontroversi dari kalangan masyarakat. Ketiga puluh empat menteri harapan rakyat telah diumumkan kemarin. Terlihat tawa dan canda serta guyoanan dari bapak presiden sesaat mengumumkan  para pembantunya yang akan mengemban amanah lima tahun kedapan.

Kegelisahan masyarakat yang selama ini telah menyelimuti, selesai sudah dijawab sang pengusaha meubel dengan memunculkan  nama-nama baru dan menyelipkan seglintir muka-muka lama. Sontak setiap penyebutan nama dari masing-masing menteri akan mengubah kerut dan mimik muka dari setiap orang yang melihat dan mendengarkannya.

Tersenyum bangga, mengeleng-geleng, memejamkan mata merupakan sekelumit cerita dari masing-masing rakyat yang mengharapkan sebuah perubahan. Siapa sangka dibalik hal tersebut ada hal yang unik dari penyebutan nama Puan Maharani sebagai salah satu menteri Koordinator termuda di Indonesia. Segeliat pengalaman dan track record dari sang putri pun langsung dicari oleh sekelompok masyarakat yang ragu. Ini lah salah satu bentuk kepedulian dan harapan besar yang diinginkan oleh masyarakat selain daripada ketelibatan KPK dan PPATK adalah salah satu bagian dari tangan rakyat yang menginginkan menterinya bersih dari segala kasus yang dapat menghambat kemajuan bangsa.

Puan Maharani cucu dari mantan Presiden Pertama RI Soekarno dan Anak dari mantan Presiden kelima RI Megawati Soekarno Putri adalah salah seorang politikus yang lahir di Jakarta pada 6 September 1973. Mantan ketua fraksi partai PDIP di DPR dan bercokol di Komisi VI yang mengawasi BUMN Perdagangan, Koperasi dan UKM.

Penerus tahta politik keluarga Soekarno ini merupakan lulusan Ilmu Komunikasi Universitas Indonesia yang masuk didunia perpolitikan pada tahun 2006. Terkesan baru dan muda bagi seorang politikus yang sekarang, tepat 8 tahun dia didunia politik telah menapaki kursi seorang Menteri Koordinator bidang Pembangunan Manusia RI yang ke-15. Namun siapa sangka, selama ia menapaki dunia politik dan bercokol disamping ayah dan ibunya, konon katanya puan banyak belajar dari aktivitas melihat dan mendengarnya. Akan tetapi, melihat rekam jejak yang ia miliki dari saat beliau kuliah hingga masuk kedalam kursi parlemen DPR pada tahun 2009 – 2014, belum terlihat pengalaman konkrit nan nyata dari kemampuannya membangun kualitas manusia.

Namun apa daya, pendeklarasian puan menjadi seorang menteri kini penuh akan pro dan kontra, pernyataan demi pernyataan terlontar mengatakan bahwa Puan adalah seorang menteri titipan. Tak ada yang salah dengan opini maupun pernyataan dari kaum dan elit yang meragukan kapabilitas Puan dalam menompang salah satu tiang Kabinet Jokowi yang terus bekerja, kerja, kerja, dan kerja.

Kini sang putri menjadi sorotan baik awak media apalagi para kelompok oposisi yang ingin menjatuhkan nama Puan. Selain itu muncul nama Rini Soemarno yang menjadi korban keheranan publik atas dirinya yang diangkat menjadi seorang menteri BUMN yang syarat akan rapor merah saat menjabat menteri dizaman Mantan Presiden kelima Ibu Megawati.

Masih dalam suasana kericuhan atas keraguan kemampuan Puan Maharani.

“Andaikan aku Puan, aku akan diam tersenyum lebar mendengarkan pernyataan mereka sambil meminum secangkir jamu beras kencur asli Indonesia, berucap terima kasih atas perhatian dan keraguan masyarakat, maka aku akan bergegas kerja, kerja, dan kerja mengunci mulut mereka dengan segenap prestasi yang akan aku buat di lima tahun kedepan”

-Penulis

Bagaimana dengan Puan Maharani, akankah ibu berpikiran sama dengan saya? Kalo ia, mari bu dengan penuh keraguan dan kontroversi dari sekelompok masyarakat kita kencangkan sabuk pengaman kita dan kemudian bergegas lari menatap sebuah perubahan dan pembuktian dari mereka yang meragukan kapabilitas ibu. Bisakah ibu seperti itu?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline