Lihat ke Halaman Asli

Jangan Panik Rupiah Melemah

Diperbarui: 17 Juni 2015   15:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Menurunnya nilai mata uang rupiah beberapa akhir ini acap kali dimaknai dengan pengertian negatif oleh kalangan masyarakat.  Kekhawatiran timbul layaknya kepanikan dikala krisis moneter yang pernah terjadi 16 tahun silam. Turunnya nilai tukar rupiah terhadap dollar tak dipungkiri telah mengakibatkan ketidakstabilan politik, ekonomi, sosial dan budaya sehingga menyebabkan perubahan rezim pemerintahan orde baru yang telah berkuasa selama kurang lebih 32 tahun.

Beda dahulu beda juga sekarang, krisis yang melanda Indonesia pada tahun 1998 merupakan krisis yang terjadi sebagai dampak dari murkanya rakyat akibat sifat pemerintah yang cenderung otoriter. Memasuki era globalisasi yang membuat interkoneksi Negara semakin rutin tak ayal mempengaruhi hawa dan nafsu masyarakat Indonesia yang merasa telah lama berada disangkar perak yang berkarat. Ketidakpuasaan terhadap kinerja pemerintah, atau rasa iri yang timbul sebagai dampak pendengungan penghormatan hak asasi manusia yang seharusnya diakui dan dihormati. Kebebasan politik yang telah lama terkukung, mafia pemerintah terus bergerak, undang-undang subversi yang abstrak merupakan beberapa faktor diantaranya yang membuat kerusuhan di Indonesia sehingga sering kali dilupakan bahwa hal tersebut merupakan alasan dasar mengapa rupiah menurun.

Tidak untuk saat ini, menurunnya nilai mata uang Indonesia terhadap dollar bukan karena rakyat benci terhadap pemerintah, namun perlu diketahui bahwa hari ini merupakan bulan desember, bulan dimana setiap Negara mulai menutup buku perdagangannya. Tertambah dengan pengaruh likuiditas valuta asing terutama dolar yang mengalami pelemahan sehingga rupiah juga tertimpa dampaknya. Banyaknya investor yang memindahkan investasinya dari Indonesia belum tentu pertanda negatif. Tak hanya itu, tren kebijakan pemerintah Jokowi yang baru-baru ini mengeluarkan terobosan-terobosan baru, tanpa disadari juga telah mempengaruhi tren perubahan harga mata uang rupiah.

Seperti kenaikan harga BBM bersubsidi di Indonesia yang sekarang telah menyentuh harga 8500 perliter. Sebagai dampak domino effect adalah kenaikan taraf hidup masyarakat Indonesia yang mau tidak mau harus mengikuti tren, perubahan menuju ketahap lepas landas merupakan keinginan Presiden Jokowi. Memang sulit untuk terbang, butuh ancang-ancang yang kuat, mesin yang bagus, landasan yang mulus serta seorang pilot yang mengontrol. Itulah skema penerbangan bangsa Indonesia yang saat ini sedang dalam proses.

Oleh karenanya, ketakutan sekaligus kegelisan yang timbul oleh turunnya nilai rupiah akhir-akhir ini hendaknya diikuti dengan pola hidup yang ekonomis, hilangkan rasa panik dan terus awasi program pemerintah. Mulailah menjadi masyarakat yang bersifat negosiatif, selesaikan masalah dengan cara damai, kurangi demo-demo yang bersifat anarkis yang kedepannya hanya akan berdampak kepada keenganan para investor untuk menanmkan modalnya.

Indonesia adalah bangsa besar, begitu pula masyarakatnya, jadilah warga yang berjiwa besar sekaligus kompetitif, karena saat ini kita tidak hanya berkompetisi dengan sesama warga sabang hingga marauke, namun terbukanya batas Negara yang telah disepakati merupakan awal bagi kita untuk menunjukan bahwa kita bukan budak, bukan juga pembantu.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline