Lihat ke Halaman Asli

Catatan Akhir Perjalanan Edisi Ramadhan

Diperbarui: 16 Juli 2015   18:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

Ada sekuntum hari
Wanginya mengharumi bumi
Saat itulah kemurahan sang Khalik berlimpah
Menyatu pada segala inti hidup

Adalah Ramadhan
Ia bertelaga bening
Airnya mutiara maghfirah
Gerincingnya dzikir dan tadarus
Tepiannya doa lemah lembut, llirih dan pasrah
Siapa tak ingin jadi ikannya?
Mari berenang dengan kesunyian nafsu
Agar setiap sirip kita tak patah sia-sia

Ia rahasia
Tak sekedar lapar dahaga
Tapi itulah sesungguhnya hakikat cinta
Dan salah satu cara bertegur sapa dengan Allah
Karena dengan lapar dan haus
Kita lebih bias menyadari bahwa kita tak berpunya
Bias lebih memahami
Bahwa kita tak lebih dari sebutir debu
Diantara keMaha luasan-Nya
Ia sepantasnya dirindukan
Karena ia lebih

Ramadhan mungkin engkau terlalu cepat meninggalkan awak, awak masih ingin menikmati rasanya beramadhan, Buka puasa bersama, hingga Sahur on the road bersama teman-teman,

Ramadhan menjadi moment yang paling di tunggu-tunggu awak dan umat Manusia lainnya, karena Ramadhan bulan yang penuh Barokah dan ampunan, segala dosa yang Manusia lakukan Insya Allah dihapuskan pada saat Ramadhan,

Selamat tinggal Ramadhan, semoga awak masih bisa mendapatkan dan merasakan nikmat Ramadhan tahun depan, awak merindukanmu...

Sidrap, 16 Juli 2015

Salam Salaman,

AP

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline