Lihat ke Halaman Asli

Kebebasan Manusia

Diperbarui: 24 Juni 2015   04:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Pada sejatinya tiap manusia ingin merasakan kebebasan. Akan tetapi, yang namanya kebebasan manusia bersifat finit (terbatas). Sekalipun seorang individu ingin tinggal bebas di sebuah hutan, pasti akan ada sekelompok hewan yang akan menetap dan tinggal di hutan itu.

Manusia adalah kebebasan, kata Sartre. Dengan mengatakan ini Sartre mau memberikan sebuah penjelasan kepada manusia bahwa dirinya adalah kebebasan itu sendiri. Lebih lanjut iamengatakan bahwa manusia dapat didefinisikan sebagai kebebasan. Dengan mengatakan itu semua Sartre memberikan corak humanisme dalam pemikirannnya. Kebebasan bagi Sartre berarti menentukan sebuah pilihan dari sekian banyak pilihan yang lain. Manusia pada dasarnya bebas untuk mengadakan suatu pilihan atas jalan hidupnya sendiri tanpa harus didekte oleh orang lain. Namum, kebebasan bukan berarti ”lepas sama sekali” dari kewajiban dan beban. Menurut Sartre, kebebasan adalah sesuatu yang erat kaitannya dengan tanggung jawab, dan tidak bisa dipisahkan.

Dengan demikian Sartre sebenarnya mau mengatakan bahwa sebenarnya kebebasan yang dimiliki oleh manusia itu juga mengandaikan adanya suatu tanggangjawab, kebebasan menuntut adanya suatu tangggungjawab. Tanggungjawab melekat pada kebebasan yang dimiliki oleh manusia. Ia menggagas kebebasan untuk menegaskan idealismenya bahwa manusia adalah makhluk di mana eksistensi mendahului esensi, artinya manusia itu berada dulu baru ada. Konsep inimengandaikan bahwa manusia itu pada awalnya adalah kosong dan tidak memiliki apa-apa. Tetapi, kekosongan itu kemudian diisi oleh karena kebebasannya untuk memilih.

Seperti contoh, menggambarkannya dengan sebuah gelas. Gelas yang biasanya kita gunakan sebagai alat atau benda untuk minum mempunyai ciri-ciri tertentu. Si tukang yang membikin gelas itu sebelumnya sudah tahu apa yang akan ia buat. Gambaran itu mau menunjukkan tentang esensi dari beda itu. Kebebasan manusia tampak dalam kecemasan. Kecemasan menyatakan kebebasan, seperti rasa muak menyatakan ada.

Dengan kecemasan ini dimaksudkan bahwa manusia ketikamengatakan “tidak” atau “ya” itu seutuhnya bergantung pada manusia itu sendiri. Keputusan akhir ada dan ditentukan oleh manusia itu sendiri dan bukan ditentukan oleh orang lain, atau sesuatuyang lain di luar dirinya. Dengan kata lain keberadaannya (eksistensinya) bergantung pada dirinya sendiri. Keputusan untuk mengatakan “tidak” atau “ya” ini dapat ditentukan oleh manusia karena pada kenyataannya manusia dapat membayangkan apa yang akan terjadi pada dirinya bila ia dihadapkan pada suatu pilihan. Dalam hal ini Sartre memberikan sebuah contoh yaitu ketika manusia dihadapkan pada suatu jurang. Manusia dapat menentukan pilihan dan keputusan bagi dirinya sendiri tanpa dipengaruhi oleh orang lain. Manusia berhak memilih untuk tetap hidup, bila ia melangkah mundur dan menjauhi jurang atau mati bila ia mengambil keputusan untuk terjun ke jurang tersebut. Dengan ini mau dikatakan bahwa keputusan yang akan diambil oleh manusia seluruhnya hanya bergantung pada dirinya sendiri.Ada juga kecemasan yang menyangkut masa lampau. Sartre memberi contoh berikut ini, seorang pemain judi telah mengambil keputusan tidak akan main lagi tetapi keesokan hari ia berada lagi di tempat perjudian. Ia teringat akan keputusannya hari sebelumnya dan menginsafi bahwa “ketiadaan” memisahkan dia dari masa lampaunya.

Pada saat ini manusia harusmemutuskan sebuah keputusan dengan seolah-olah ia tidak pernah mempunyai sebuah keputusan sebelumnya. Kecemasan muncul karena manusia merasa bahwa keputusan yang telah diambilnya itu ternyata tidak efektif bagi dirinya. Lebih lanjut ia merasakan kecemasan karena jangan-jangan keputusan yang akan diambilnya untuk selanjutnya tidak mempunyai fundamen yang kokoh. Keputusan dan tanggungjawab ada pada dirinya. Pada saat menentukan suatu pilihan bagi dirinya inilah terletak suatu kebebasan. Sartre mengakui bahwa kecemasan ini jarang terjadi. Kecemasan ini jarang terjadi pada manusia karena manusia disibukkan dan terhanyut oleh segala urusan-urusan dalam rutinitas hidupnya sehari-hari. Akan tetapi meskipun ia disibukkan oleh urusan-urusannya pada suatu waktu tertentu manusia menyadari bahwa ia adalah pemegang keputusan dalam hidupnya dan hidupnyaseluruhnya bergantung pada dirinya sendiri. Manusia menyadari bahwa ia sendirilah sumber segala nilai dan makna.

Karena kesadaran bahwa ia merupakan sumber nilai dan makna bagi dirinya ada pada dirinya maka kecemasan timbul dalam hidupnya. Kebebasan yang dimiliki oleh manusia ini dapat tidak dimiliki oleh manusia bila ia melarikan diri dari kecemasan yang dialaminya. Kecemasan dan kebebasan ini dapatdisembunyikan oleh manusia ketika ia mengetahui dengan baik apa yang harus disembunyikan dan dijauhkan dari dirinya. Melarikan diri dari kebebasan dan menjauhkan diri dari kecemasan serentak juga berarti adanya kesadaran (akan) kebebasan, kecemasan, dan pelarian. Dengan demikian manusia mengakui kebebasannya dan serentak menyangkal kebebasan itu. Sikap tidak otentik ini oleh Sartre disebut maufaice foi (bad faith ; sikap malafide) dalam sikap malafide menjadi kentara kemungkinan bagi manusia untuk mengakui dan menyangkal apa yang dihayatinya. Sikap yang tidak otentik ini menunjukkan bahwa manusia menipu dirinya sendiri.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline