Lihat ke Halaman Asli

DPR-nya “Tidur”, Bagaimana Cara Rakyat Mengingatkan Pak Jokowi yang “Salah Jalan” ?

Diperbarui: 10 Juli 2015   12:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Rupiah melemah lagi, 1 dolar saat ini sekitar Rp 13.300 ! Apa artinya ini ? Artinya inflasi terus bergerak naik, sehingga rakyat kecil semakin tercekik ! Dunia industri semakin terbebani karena biaya produksinya semakin besar, padahal daya beli rakyat jelas berkurang. Cicilan hutang luar negeri semakin besar sehingga hutang negara dan swasta semakin bertambah banyak. Dampak berikutnya ancaman PHK di depan mata, tagihan BPJS membengkak, impor BBM tetap banyak, sementara penerimaan pajak terancam tidak mencapai targetnya, dan belanja APBN nilainya menjadi susut sehingga pelaksanaan program pemerintah menjadi tidak sesuai dengan rencana awal. Pada sisi lain, jumlah cadangan devisa negara menjadi berkurang karena kebutuhan intervensi oleh BI, bayar impor dan hutang yang semakin besar sehingga jaminan eksistensi negara ini juga terus berkurang. Terbukti cadangan devisa akhir bulan Maret sejumlah USD 116 miliar diperkirakan untuk 6,7 bulan impor, pada bulan April tinggal USD 110 miliyar. Dampak yang paling menyedihkan, yaitu pasti dimana-mana tindak kejahatan semakin meningkat. Yang merasa kaya berusaha terus mempertahankan posisinya bahkan kalau perlu bisa meningkatkannya dengan berbagai macam cara agar nantinya tidak jatuh miskin lagi, sedangkan yang dalam kondisi miskin berusaha terbebas dari kemiskinannya dengan berbagai macam cara pula agar bisa memenuhi kebutuhan keluarganya. Mereka tidak peduli , apa yang dilakukan itu akan menyusahkan orang lain !

Sayangnya menghadapi kondisi itu, pejabat kita bukannya segera berupaya secara sinergi untuk menemukan akar permasalahannya kemudian memperbaiki keadaan tersebut , tetapi justru membuat pernyataan-pernyataan yang membuat keadaan semakin parah. Padahal OJK sudah memberi peringatan, bila kurs rupiah terhadap dolar sampai Rp 15.000 maka akan ada beberapa bank yang mengalami permasalahan modal.

Apa sesungguhnya yang menyebabkan rupiah terus melemah ?
Penyebab nilai tukar rupiah terus melemah, sampai-sampai membuat pemerintah tidak berdaya, sebenarnya sangatlah sederhana. Permintaan terhadap dolar USA yang terus meningkat, sementara hal ini tidak diimbangi dengan masuknya dolar ke dalam negeri dengan cara yang tepat, sehingga cadangan devisa negara untuk persediaan impor dan bayar hutang luar negeri menjadi terkuras. Karena jumlah dolar yang dimiliki Indonesia sangat minim, sementara permintaannya semakin banyak, maka nilai tukar rupiah terhadap dolar menjadi melemah terus.

Mengapa permintaan dolar terus meningkat ?
Menurut pengakuan pemerintah sendiri yang terucap dari Gubernur BI, meningkatnya kebutuhan dolar karena untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah atau dikenal dengan istilah intervensi BI agar rupiah tidak terus melemah. Juga untuk bayar cicilan hutang luar negeri pemerintah yang jatuh tempo. Sedangkan menurut Menkeu, nilai tukar rupiah terus melemah akibat ekspektasi spekulan terhadap rencana The Fed yang akan menaikkan suku bunga bank, turunnya harga minyak dunia yang membuat investor mengalihkan investasi, belum adanya sentimen positif bagi investor dalam negeri, inflasi yang tinggi akibat kenaikan BBM, defisit transaksi berjalan, dan Rusia yang menaikkan suku bunganya menjadi 17%. Ada juga yang tidak terekspos, yaitu : hutang negara yang terus bertambah, impor BBM yang tetap tinggi, jalan-jalan ke luar negeri, beasiswa keluar negeri, dan simpanan dolar para pejabat, dll.

Namun yang diekspos besar-besaran sebagai kambing hitam rupiah melemah, yaitu perkembangan ekonomi USA yang membaik sehingga dolarnya pulang kampung serta “ancaman” The Fed (bank central USA) yang akan menaikkan suku bunganya. Jadi Indonesia terpuruk gara-gara USA membaik, gara-gara bunga bank acuan The Fed akan dinaikkan. Cerdas kan ???

Apa kebijakan yang dilakukan pemerintah dan BI untuk mengatasi hal ini ?
Untuk mengatasi kondisi terus melemahnya rupiah, BI melakukan Intervensi. Karena cadangan devisanya minim, maka BI/pemerintah menjual SUN dalam bentuk dolar. Dari informasi yang ada pemerintah telah menjual SUN beberapa kali. Kemudian pemerintah menetapkan kebijakan pengenaan bea masuk anti dumping untuk mengedalikan serangan barang-barang impor, insentif pajak bagi perusahaan yang minimal 30% produknya untuk ekspor, bebas visa untuk meningkatkan masuknya wisatawan mancanegara, penggunaan biodesel ditingkatkan untuk mengurangi impor BBM , mendorong terbentuknya BUMN reasuransi, kewajiban menggunakan Letter of Credit untuk transaksi 4 komoditas utama, transaksi tunai dan nontunai di Indonesia wajib menggunakan rupiah.

Mengapa kebijakan-kebijakan tersebut tidak mampu membendung pelemahan rupiah ?
Kebijakan-kebijakan tersebut sampai saat ini ternyata tidak membawa perubahan yang berarti. Intervensi BI sudah dilakukan berkali-kali tetapi manfaatnya tidak jelas. Terbukti intervensi BI tak mampu membendung laju pelemahan nilai tukar rupiah karena kenyataannya rupiah sekarang di titik terendah sejak krisis 1998 dan masih terancam terus melemah. Dampak yang nyata justru hanya menambah hutang negara saja, karena sebagian dana untuk intervensi itu berasal dari hutang . Informasinya bulan Maret lalu BI telah intervens USD 3,97 miliar, dan bulan April USD 700 juta.

Pada sisi lain pemerintah dan BI juga membuat kebijakan yang sulit untuk dilaksanakan, kontradiktif, bahkan hanya menambah inflasi saja. Gencarnya hutang luar negeri baik untuk intervensi maupun pembangunan infrastruktur tanpa diimbangi perbaikan ekonomi Indonesia, jelas berpotensi membuat nilai tukar rupiah di masa mendatang akan melemah lagi. Investasi asing yang digalakkan dalam pasar saham, hanya akan membuat BI mempertahankan posisi BI rate yang tinggi, dan hal ini akan menguntungkan investor asing, tetapi merugikan industri nasional. Belum lagi kebijakan pemerintah lainnya yang justru “menghantam” para pelaku usaha yaitu membuat premium diserahkan pada mekanisme pasar, kewajiban transaksi rupiah, tingginya suku bunga acuan, ekspansi pajak, dll. Jelas ini akan membuat para pengusaha semakin terjepit. Padahal mereka harus mengamankan modal dan keuntungannya agar tidak menyusut sehingga tetap bisa membayar pekerjanya sesuai dengan peraturan dan bisa terus mengembangkan usahanya.

Kemudian kenaikan gaji pekerja negara (beberapa instansi) yang tidak mempertimbangkan kondisi pertumbuhan dunia industri kita, jelas hanya akan memicu inflasi karena jumlah uang yang beredar bertambah banyak, dan hanya menambah beban negara saja. Belum lagi adanya rencana BI yang akan mengurangi DP kendaraan bermotor, demi tetap maraknya penjualan kendaraan bermotor dan menggairahkan kembali kredit perbankan. Jelas akan memperbesar impor BBM dan menambah kemacetan. Ujung-ujungnya semua itu hanya akan membuat rupiah melemah lagi dan membuat ekonomi semakin terpuruk . Padahal para pengusaha itu adalah mitra pemerintah dalam memperluas tersediannya lapangan kerja atau mewujudkan kesejahteraan rakyat Indonesia. Bukan “sapi perah” !

Akibat dari semua ini kebijakan yang baikpun, misalnya: anti dumping, bebas visa, insentif fiskal tidak mampu mengimbangi dampak buruk kebijakan-kebijakan lainnya. Dengan kata lain, menjadi sia-sia. Sebenarnya Pak Jokowi dan para pejabat negara ini benar-benar tidak paham akan hal ini atau pura-pura tidak mengerti ya ?

Kalau kebijakan yang diambil pemerintah dan BI terus-menerus seperti itu, maka pemasukan pajak akan menurun, tetapi belanja negaranya membengkak. Kemudian bila tidak ada perubahan alokasi anggaran, maka nilai belanja APBN akan susut. Dampaknya, akan banyak program kerja yang mengalami pengurangan anggaran atau dibatalkan. Karena itu kalau Menkeu mengatakan pelemahan rupiah menguntungkan APBN, itu menunjukkan bahwa kapasitas beliaunya perlu dipertanyakan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline