Lihat ke Halaman Asli

Mari Kita Belajar dari "Power Rangers"??

Diperbarui: 26 Juni 2015   07:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

power rangers

[caption id="" align="alignright" width="240" caption="power rangers"][/caption]

Mungkin ada yang bertanya-tanya mengapa manusia seusiaku masih saja menyukai salah-satu tontonan anak kecil "Power Ranger". Nyaris tak ada lagi sebenarnya, kecuali karena aku menyadari bahwa "Power Ranger" merupakan salah satu bagian dari masa kecil ku yang sangat berarti.

Untuk anak kecil yang selalu ditinggalkan orangtua pada hari minggu (dengan sangat kebetulan, hari minggu pun tak sanggup menahan orangtuaku meninggalkan rumah), maka Power Ranger adalah teman yang menghibur. Power Ranger adalah tontonan yang bisa membuat aku dan adik-adikku untuk sejenak akur dan duduk dengan tenang di depan TV.

Kurasa tidak berlebihan jika kukatakan anak-anak yang lahir pada era tahun 90-an pernah menjadikan ranger sebagai pahlawan masa kecilnya. Setidaknya, pernah bermain peran dan berpura-pura menjadi ranger. Aku ingat, dulu, aku dan teman-teman sekompleks sering bermain sandiwara memerankan adegan-adegan dalam film "power ranger". Untuk anak perempuan, biasanya kami berebutan untuk menjadi ranger pink. atau ranger kuning. Namun selalu, ranger pink lah yang menjadi idola.

Satu hal lagi yang penting, yang baru kusadari setelah aku duduk dibangku kuliah dan dicekokin dengan berbagai teori psikologi. Diam-diam aku berterimakasih pada "Power Ranger". Meski tak selalu baik, tetapi pada ranger lah aku sepertinya mempelajari banyak hal. Pada usia anak-anak, dengan minimnya pelajaran langsung dari orangtua, TV tentu saja mengambil peran penting dalam tahap perkembangan kami. Dari TV kami mengimitasi banyak hal, (Ingat tentang teori Albert Bandura kan?) dan seperti imitasi yang lain semuanya tak selalu baik, kadang-kadang malah menghasilkan petaka bagi kami.

Karena mengira bisa seperti power ranger, di antara kita mungkin pernah ada yang mendapatkan luka di anggota badannya setelah dengan begitu polos menirukan adegan-adegan heroik mereka. Tontonan superhero seperti itu juga bertanggungjawab atas pemahaman kita yang pertama bahwa masalah bisa diselesaikan dengan kekerasan. Ingat, pernah kah ranger dan musuhnya duduk berunding di meja untuk mengakhiri perselisihan mereka? Seingatku tidak, semuanya melalui pertarungan.

Meskipun begitu, aku secara pribadi tak bisa mengelak bahwa dari tontonan ini lah aku belajar banyak hal. Aku belajar tentang persahabatan dan solidaritas, tentunya tak ada yang lupa betapa setia kawannya ranger-ranger ini. Belajar tentang mana yang baik dan mana yang buruk. Belajar bahwa merusak adalah perilaku yang berhak mendapatkan hukuman, belajar bahwa kita tak boleh diam membiarkan hal yang salah terjadi, belajar bahwa yang kuat harusnya menolong yang lemah dan bukan sebaliknya, dan yang terakhir belajar bahwa tak ada kata menyerah sebelum mati. Adegan power ranger terdesak oleh musuhnya dan kehabisan tenaga tentu tak asing bagi kita yang sering menonton ranger. Lalu pernah kah mereka mengaku kalah dan meyerah? Mereka tetap bangkit, kembali berdiri, meskipun sempat terbaring tak berdaya.

Mungkin aku tak akan bisa menjadi ranger yang memiliki kekuatan super dan membasmi ketidakadilan di muka bumi, tapi setidaknya aku bisa seperti mereka yang selalu kembali berdiri meski telah terjatuh dan terkapar.

Keep Fighting!!

Hidup tetap harus berlanjut meski ditemani oleh bekas luka sebanyak apa pun.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline