Lihat ke Halaman Asli

Pengakuan Pedagang Ini Bikin Ahok maupun Anies "Speechless"

Diperbarui: 18 April 2017   14:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Marak dan masifnya pembagian sembako menjelang Pilkada DKI putaran kedua oleh kontestan, benar-benar mencoreng demokrasi di tanah air. Media Tempo.co berhasil melacak salah satu sumber pemasok sembako tersebut.

Billy Haryanto yang merupakan pedagang beras di Pasar Induk Cipinang, mengaku mengirim 1000 ton beras ke kubu pasangan petahana Ahok–Djarot. Beras yang dikemas bersama sembako lainnya itu, lalu dikemas menjadi ribuan paket dan telah disebar ke pemilih di berbagai wilayah di Jakarta.

 Pemesanan beras itu, diantaranya melalui seorang legislator dari PDIP. Hal itu bersesuaian dengan foto-foto dan video rumah dinas salah satu anggota DPR dari PDIP yang menjadi viral di media sosial karena tertangkap basah tengah dipenuhi tumpukan berkarung-karung beras.

Billy menyebutkan, selain beras yang diberikan atas nama transaksi jual beli, beliau pribadi juga ikut menyumbang sebanyak 30 ton. Dia menganggap sumbangan itu semacam “CSR” dari dirinya sebagai pengusaha kepada penguasa.

“Itu sejak putaran kedua karena kami dimintai tolong”, ujar Billy.

“Kalau enggak, bisa kualat. Sebenarnya, siapa pun pemimpinnya, kami sumbang. Dari dulu. Kalau Anies Baswedan minta pun kami sumbang, tapi dia tidak minta. Kami pengusaha cari aman saja”, imbuh Billy.

Terungkapnya secara gamblang, siapa pemasok dan siapa pemesan, tentu membuat kubu Ahok-Djarot “speechless”. Semua bantahan mereka selama ini tentu menjadi kurang berarti karena tidak bersesuaian dengan fakta yang ada.

Jakarta sebagai ibukota Negara semestinya menjadi barometer bagi perkembangan demokrasi di Indonesia. Sungguh mengejutkan, bagaimana mungkin bisa terjadi di DKI yang setiap Pilkada “dipelototin” oleh begitu banyak pihak. Bukan hanya hanya LSM tapi juga berbagai media asing, dan terutama para aparat berwenang dari berbagai institusi. Mengapa masih ada saja pihak yang begitu berani melanggar hukum, bahkan secara vulgar melakukan "money politic".

Hal inilah yang juga membuat kubu Anies-Sandi menjadi “speechless”.

"Seperti yang sudah-sudah, jika Bawaslu tetap tidak mau memproses laporan tersebut, kami akan melaporkannya kepada Tuhan saja. Biar nanti manajemen Tuhan yang memproses," ucap Wakil Ketua Tim hukum dan advokasi Anies-Sandi, Yupen Hadi.

Mengapa cara kampanye dengan pola bagi-bagi sembako masih menarik?.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline