Lihat ke Halaman Asli

SBY Membuat Dia "Merengek" dan "Menangis"

Diperbarui: 17 Februari 2017   17:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Pilkada serentak hari Rabu tanggal 15 Februari lalu, tidaklah terlalu mengecewakan bagi SBY, namun bisa jadi menjadi sebuah mimpi buruk bagi Megawati.

Di DKI, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) memang tidak lolos pada putaran kedua Pilgub DKI, namun bagi SBY bukan sesuatu yang mengejutkan. Banyak pihak menilai, memenangi Pilgub DKI bukanlah tujuan utama SBY. Di sisi lain, SBY sukses memunculkan salah seorang yang diperkirakan akan menjadi "the rising star" di ranah perpolitikan tanah air. SBY dan Demokrat akan memanen hasil investasinya ini di masa depan.

Sebaliknya bagi Megawati, kegagalan Ahok untuk menang satu putaran dan dengan selisih angka tipis, tentu cukup mengecewakan. Terlebih lagi, PDIP harus “merengek” pada SBY agar mau mendukung Ahok, jika tidak ingin kalah di putaran kedua.

Pada waktu yang sama, SBY mendapat hiburan dengan kemenangan kadernya Wahidin Halim (WH) di Pilgub Banten. Sebaliknya kekalahan sangat tipis gubernur petahana Rano Karno yang diusung PDIP, tentu sangat mengecewakan Mega. 

Hubungan SBY dan Megawati yang tidak pernah harmonis sepuluh tahun lebih ini. Bahkan semakin sulit untuk dicairkan, terlebih semenjak SBY akhir-akhir ini merasa terzholimi di era dimana PDIP menjadi partai penguasa. Puncaknya adalah skandal dugaan penyadapan telpon SBY. Ditambah lagi dengan "serangan" Antasari Azhar (AA) terhadap SBY, sesaat setelah dia “dilepaskan” oleh Presiden Jokowi dari tahanan. Grasi yang menurut SBY bernuansa politis dan serangan AA itu ditujukan untuk mengganjal kemenangan anaknya, AHY. Belum lagi ditemukannya ratusan ribu selebaran gelap yang mendiskreditkan calon no.1 maupun no.3.

Situasi ini membuat Mega harus “merengek” pada SBY dan juga "menangis" karena SBY. Sebagian orang mungkin akan menilai sebagai kehebatan skenario SBY. Bisa jadi SBY tidak merasa dirinya demikian, namun menganggapnya sebuah skenario Tuhan untuk orang yang dalam posisi terzholimi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline