Lihat ke Halaman Asli

Jokowi-Prabowo Dalam Analogi "Unik" Pedagang HP

Diperbarui: 23 Juni 2015   21:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Tidak nyaman bersama kerumunan “emak-emak”, saya pamit keistri yang sedang asyik memilih-milih pakaian di sebuah toko. Kebetulan di seberang toko tempat istri belanja, ada Alimin teman saya, seorang pedagang HP. Melihat saya mendekat, Alimin menyambut hangat. Sembari menyodorkan kursi, dia minta waktu sebentar untuk melayani satu orang calon pembeli.

“Mas kalo mau beli HP, bagusnya merek apa ya Mas.., ada yang bilang Samsung bagus.., tapi mahal ya.., trus ada juga yang bilang merek LG juga lumayan…”, tanya si calon pembeli tersebut. Lelaki separoh baya itu tampaknya awam masalah hand phone.

“Bapak.., klo beli HP, pertama kita pastikan dulu butuhnya yang seperti apa, maksud saya mau dipakai buat apa saja.., fasilitas atau “features” yang kita butuhkan..”, jelas Alimin dengan ramah tanpa terkesan menggurui.

Seraya menatap dalam-dalam mata si Bapak, Alimin menambahkan, “Samsung yang murahnya juga ada…, LG yang kelas premiumnya juga ada.., jadi tergantung kebutuhan kita. Klo hanya sekedar untuk komunikasi dan SMS nggak perlu mahal-mahal.., klo butuh yang “features”nya komplit, bisa untuk berbagai aplikasi, harganya memang relatif tinggi..”.

Tak butuh waktu lama bagi beliau untuk “closing”. Setelah si pembeli memastikan pilihan, dia segera menemui saya dan menugaskan karyawannya untuk melanjutkan transaksi dengan pembeli tersebut

“Hebat ente, cuma butuh beberapa menit meyakinkan orang”, puji saya.

Alimin tertawa sumringah, “klo dagang itu yang dibeli orang kan omongan..”, katanya.

“He..he.., klo yang ente jual itu calon presiden.., bisa nggak meyakinkan orang..?, tanya saya bercanda sekaligus ingin tahu pandangan politiknya mengenai isu yang lagi hangat, yakni pilpres.

Alimin dengan mimik serius menjawab, “Sama.., persis sama dengan HP..” .

Lalu dia balik bertanya, “Pemimpin itu ibarat HP, anda kebutuhannya apa..?”.

Agak bingung juga kalau analoginya HP, tapi saya coba jawab sekenanya, “Klo presiden, tentu kita butuh yang “features”nya komplit”. Sengaja saya kutip istilah yang tadi dia pakai biar “nyambung” dan tidak terkesan gatek.

“Nah itu.., benar itu.., sekarang coba cermati.., komplitan mana Prabowo dibanding Jokowi dari berbagai aspek, skill kepemimpinan, kapasitas wawasan dan pemikirannya, pemahamannya akan masalah dalam negri maupun global..” ujar Alimin bak seorang pakar politik.

Terendus sudah kalau dia ini mau “menjual” Prabowo…, saya lalu ambil peran antagonis saja biar seru.

“Tapi dalam hal pemerintahan kan Jokowi lebih pengalaman dan terbukti berhasil..”, ujar saya.

“Oke, sekarang apa prestasi Jokowi di DKI”, sergah Alimin.

Saya berpikir sejenak, mengingat-ingat ucapan Jokowi di sebuah media tentang prestasi-prestasi yang dia klaim.

“Jokowi berhasil menertibkan pedagang di Tanah Abang, berhasil menata waduk Ria Rio dan juga memulai MRT..”, ucap saya lega karena menemukan argumen yang bakal tidak bisa dia bantah.

“Bagus.., itulah kapasitas seorang Jokowi.., dia memang cocoknya menjadi walikota.., karena semua yang anda sebut itu tugasnya walikota..”, ucap Alimin sambil nyengir.

“Lho.., bukannya itu dia lakukan di DKI, sebagai Gubernur..”, sanggah saya..

Alimin tertawa, "Lha.., orang disebut berprestasi sebagai gubernur DKI itu begini.., kalau banjir, macet, kekumuhan teratasi, perkelahian tidakada, ini bukan kata saya lho.. tapi kata Pak JK".

Menjengkelkan juga nih orang, pikir saya, bukan kata-katanya, tapi nyengirnya itu..

“Tapi Pak JK kan akhirnya mendukung Jokowi dan mau jadi cawapresnya..”, kata saya rada sewot.

Alimin masih saja dengan sengiran yang menyebalkan itu.

“ Ya.., klo dianalogikan sebagai HP, mereka itu ibarat dua HP, behubung yang satu kurang komplit, maka Pak JK merasa dia sebagai HP kedua yang lebih komplit, biar tidak hancur negeri ini.., ha..ha..”, ledeknya lagi.

Saya panas juga dan balik menyerang, “Emangnya Prabowo bisa apa.., jadi Bupati aja belum pernah..”. Tanpa sengaja saya juga ikut-ikutan nyengir.., biar dia juga sebel.

“Klo Prabowo jadi Bupati, ibaratnya ente beli HP canggih, tapi dipakai buat sms-an doang.., nggak level, ha..ha..”, tangkis Alimin..

Benar-benar menyebalkan nih orang, gumam saya.

“Oya.., orang punya HP kan juga prestise, ada kebanggaan.., nah apa ente tidak malu jika punya presiden yang punya masalah HAM”, ujar saya mencoba “menohok” sisi lainnya.

Alimin tak bergeming dan nyengirnya itu.., huh..

“Itu cerita basi yang diungkit-ungkit, coba kalau sekarang posisinya ditukar, Wiranto menjadi capres pesaing Jokowi. Pastilah Wiranto yang diserang mengenai kasus HAM-nya.., berhubung sekarang beliau di kubu Jokowi.., maka dia menjadi orang suci.., begitu pula klo seandainya Prabowo yang di kubu Jokowi, sebagaimana waktu jadi cawapresnya Bu Mega, suci juga kalie..”. dalih Alimin tak mau kalah.

Belum sempat saya tanggapi, dia terus memuntahkan amunisinya, “Sekarang saya balik nanya, ente lebih bangga mana, punya presiden yang bahasa Inggrisnya fasih, jika ditanya jawabannya cerdas, tangkas dan nyambung.., ketemu presiden lain yang juga cerdas dan tangkas berbicara seperti Obama, dia bisa mengimbangi.. Jika sebaliknya.., ma’af.. pletat-pletot bagaimana..?, bisa-bisa orang Indonesia nanti dicap bahasa Inggrisnya payah.., presiden itu simbol Negara lho..”, pungkas Alimin.

Saya jengah juga berdebat kusir dengan Alimin yang ngotot dan tidak mau kalah.., ternyata dia hanya ramah pada pembeli..

“Lho kita kok jadi debat kusir ya.., sorry..”, kata Alimin yang tampaknya membaca raut tidak senang di wajah saya.

“Ya kayaknya cukup deh, kita bicara yang lain saja, hak ente pilih Prabowo, saya sendiri sebenarnya masih mikir-mikir”, jawab saya..

“Sebenarnya begini kawan.., jujur saya tidak peduli sebenarnya siapa yang jadi presiden, mau Prabowo, Jokowi atau siapapun, nasib saya tidak tergantung mereka..”, ujar Alimin dengan nada melunak.

Alimin melanjutkan, “Besok saya tidak dagang, ya tidak makan… Hanya saja sebagai pedagang kami butuh stabilitas.., Jokowi kan cuma didukung 36 persen suara di parlemen, maka kebijakan-kebijakannya akan rentan terganjal. Selain itu, dikuatirkan JK lebih dominan, “the real president” JK dan Jokowi cuma artifisial, nanti pasti nggak harmonis. Nah klo seperti itu, bakal timbul instabilitas.. Hal sebaliknya jika Prabowo dan Hatta yang jadi, kayaknya lebih kondusif bagi dunia bisnis deh..”, ujar Alimin laiknya pakar ekonomi.

“Ah dasar pedagang, ente cuma berhitung untung rugi…”, ujar saya.

“Emang begitu, Pak JK juga pedagang, beliau berubah-rubah pikiran kan mikirin untung rugi.., so what..?”, jawab Alimin kembali dengan nada meninggi..

“Wah naga-naganya kita bakal debat kusir lagi nih.., padahal benar juga yang ente bilang, siapapun yang presiden, kayaknya nasib kita nggak tergantung mereka.., nggak kerja ya kita nggak makan.., he.. he.. udah ya piss.. deh...”, ujar saya mengakhiri pembicaraan, kebetulan HP saya juga sudah krang-kring ditelpon istri.

Alimin tersenyum dan mengulurkan tangan. Beliau menjabat erat tangan saya, seraya berkata, “Jangan dimasukkan ke hati ya, ingat kata Anis Baswedan, lawan debat adalah teman berpikir, sebagaimana lawan badminton adalah teman berolah-raga..”.



Berjalan menuju toko pakaian untuk menemui istri, pertanyaan Alimin masih menggelitik benak saya, komplitan mana ya Prabowo atau Jokowi…?.

Kebetulan semalam saya habis nonton bagaimana Prabowo maupun Jokowi diwawancarai dalam bahasa Inggris.., wah jangan-jangan si Alimin benar juga.., ahh jangan-jangan dia telah mencuci otak saya…, huh…

Tunggu dulu deh.., saya mau tengok dulu bagaimana sesi debat capres, saya ingin tahu siapa yang kepalanya lebih "berisi", dan tentu bukan isi kepala orang lain…

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline