Lihat ke Halaman Asli

Berharap Pada Darah (Pe)Muda

Diperbarui: 24 Juni 2015   13:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Pemuda dan Keutuhan NKRI

Pilihan ‘Indonesia’ sebagai tanah tumpah darah kita yang menyatukan segala entitas yang tumbuh di atasnya merupakan pilihan yang benar dan strategis. Ketika muncul upaya disintegratif dan gerakan separatisme di beberapa wilayah NKRI sesungguhnya adalah karena persoalan warisan distribusi pembangunan yang tidak merata. Lantas, dimana posisi dan peran pemuda dalam konteks kekinian Indonesia yang carut-marut seperti ini? Dalam sejarah Indonesia, dari awal masa perjuangan sampai memperoleh kemerdekaan, pemuda memiliki peranan luar biasa sebagai avant garde (ujung tombak) perubahan. Tonggak kebangkitan lahirnya kesadaran "berbangsa", dimulai sejak pemuda bersepakat melaunching kebangkitan nasinonal 20 Mei 1908 dan "komunike politik kebangsaan" 28 Oktober 1928. "Satu tumpah darah, satu bangsa, dan satu bahasa".

Berbagai hal menyangkut perubahan, selalu dikaitkan peranan pemuda. Sejarah membuktikan itu. Di berbagai belahan dunia, perubahan sosial-politik menempatkan pemuda di garda depan. Peranannya menyeluruh, tak hanya mata air, tapi juga hulu, hilir sampai muara, bahkan pemuda sebagai air atau sumber energi perubahan. Tak tanggung-tanggung pemimpin besar seperti Bung Karno (Presiden RI Pertama) mengungkapkan kata-kata pengobar semangat "Beri aku sepuluh pemuda, maka akan kugoncangkan dunia." Dalam pikirannya, pemuda digambarkan sosok unggul, pilihan, bergairah, bergelegak dan bergelora secara fisik, psikis, intelektual, serta yang terpenting sikapnya. Pemuda sosok superior, progresif, revolusioner dengan api berkobar-kobar, dan bara spirit yang menyala-nyala.

Dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia, pemuda selalu menempati peran yang sangat strategis dari setiap peristiwa penting yang terjadi. Bahkan dapat dikatakan bahwa pemuda menjadi tulang punggung dari keutuhan perjuangan melawan penjajahan Belanda dan Jepang ketika itu. Peran tersebut juga tetap disandang oleh pemuda Indonesia hingga kini; selain sebagai pengontrol independen terhadap segala kebijakan yang dibuat oleh pemerintah dan penguasa, pemuda Indonesia juga secara aktif melakukan kritik, hingga mengganti pemerintahan apabila pemerintahan tersebut tidak lagi berpihak ke masyarakat. Peran yang disandang pemuda Indonesia sebagai agen perubahan (Agent of Change) dan agen kontrol social (Agent of Social Control) hingga saat ini masih sangat efektif dalam memosisikan peran pemuda Indonesia.

Sekarang Pemuda lebih banyak melakukan peranan sebagai kelompok politik dan sedikit sekali yang melakukan peranan sebagai kelompok sosial dan bermain dalam gerakan kultural, sehingga kemandirian pemuda sangat sulit berkembang dalam mengisi pembangunan ini. Peranan pemuda dalam kegiatan sosial dan kultural itu sangat dibutuhkan untuk mengisi pembangunan dengan menciptakan kewirausahaan dalam pembangunan dan meningkatkan pengetahuan tentang ilmu dan teknologi serta menumbuh-kembangkan jiwa kepeloporan, daya pikir, inovasi, kreativitas dan kewirausahaan pemuda dalam rangka mempersiapkan pemimpin masa depan berkualitas".



Melanjutkan Indonesia

Jadi, membangun Indonesia dimulai dengan transformasi kepemimpinan. Tak ada transformasi kepemimpinan kecuali mempersiapkan kepemimpinan generasi pemuda; dan tak ada transformasi kepemimpinan pemuda kecuali dengan perubahan radikal, komprehensif dan mendasar mengenai kebebasan berpikir, peran dan partisipasi aktif bagi pemuda terbuka lebar.

Pemuda harus mampu bersinergi dengan seluruh elemen lain untuk mempertahankan dan ”Melanjutkan INDONESIA! Dengan apa kita bersinergi dan bersatu padu Melanjutkan INDONESIA? Ya, dengan kebersamaan dan Pancasila! Ya, Pancasila yang dipahami secara kultural dan tak lagi menjadikannya sebagai alat kekuasaan semata. Tentu saja dengan membuat penafsiran baru yang lebih kontekstual akan semakin memberikan nuansa pemikiran yang dapat mempersatukan dalam perbedaan dan membedakan dalam konteks kebersamaan. Kita telah diingatkan oleh Bung Karno wahai Pemuda! Indonesia akan kembali menjadi bangsa terhormat, atau bahkan menjadi kuli yang terhina di rumah sendiri (Dan Sejarah akan menulis di sana, di antara benua Asia dan Benua Australia, di antara lautan Teduh dan Lautan Indonesia, adalah hidup suatu bangsa yang mula-mula mentjoba untuk hidup kembali sebagai sebuah bangsa, akhirnja kembali mendjadi satu kuli di antara bangsa-bangsa, kembali mendjadi een natie van koelis, en een koelie onder de naties – Sukarno, ”Tahun Vivere Pericoloso” (Tahun-tahun nyrempet bahaya), 17 Agustus 1964). Mari Pemuda Indonesia, bangkit dan bersatulah dengan semangat Kebangkitan Nasional 20 Mei 1908 pada 20 Mei 2013 ini. Hidup Pemuda Indonesia.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline