Perkembangan Artificial Intelligence (AI) saat ini seolah tidak terbendung lagi. Banyak orang yang belum paham betul apa itu AI. Tapi kini sudah muncul adanya wacana Artificial Superintelligence atau yang disingkat dengan ASI yang bakal membuat banyak peluang sekaligus risiko bagi peradaban manusia.
Apa beda AI yang kita kenal sekarang dengan ASI ini? Mari kita bahas di sini dan apa dampaknya bagi kita para manusia penulis jika ia memang benar-benar muncul di muka bumi.
Mengenal AGI dan ASI
Pertama-tama mari kita definisikan dulu ASI. Artificial Superintelligence (ASI) bisa dikatakan adalah sebuah bentuk hipotetikal atau pengandaian dari AI yang akan melampaui kecerdasan manusia dalam berbagai aspek, bahkan di aspek kreativitas, pemecahan masalah hingga kecerdasan emosional. Apakah ASI juga akan bisa menjangkau kecerdasan spiritual? Entah saya belum menemukan ada yang menyinggung poin tersebut. Namun, intinya ASI ini nanti bisa membuat Anda terbengong-bengong karena ia saking cerdas dan bijaknya seperti seorang profesor atau filsuf.
Lalu apa bedanya dengan ASI dengan AI yang kita kenal sekarang? Jadi begini bedanya: AI yang kita kenal sekarang ini masih dalam tahap yang kecerdasannya masih belum bisa menyamai manusia. AI saat ini masih butuh bimbingan manusia. Hal ini ditunjukkan dari kemampuannya memberikan jawaban yang masih kasar dan harus dipoles lagi agar tampak lebih natural dan logis.
Sehingga AI saat ini bahkan belum bisa dikatakan sebagai AGI atau Artificial General Intelligence yang 'cuma' memiliki kemampuan untuk menyamai kecerdasan manusia di beragam bidang. Saya sudah garisbawahi di situ perbedaannya: kalau AGI cuma menyamai, ASI dibuat untuk melampaui kecerdasan kita.
Apakah AGI ini sudah tercipta? Belum. Menurut laman decrypt.co, bahkan meski CEO OpenAI Sam Altman mengatakan bahwa pihaknya bakal sukses meluncurkan AGI di akhir tahun ini, sejumlah pakar masih meragukan klaimnya tersebut.
Kembali ke topik ASI. Tak cuma melampaui kecerdasan manusia, ASI juga nantinya diramal bakal bisa muncul cuma dalam bentuk entitas komputasional tanpa memiliki wujud fisik. Jadi ia kecil kemungkinan bisa berbentuk sebuah robot seperti C3PO dalam film Star Wars yang bisa berpikir dan berjalan sendiri.
Karena memiliki kecerdasan yang melebihi kecerdasan manusia, ASI juga bisa belajar sendiri sehingga begitu ia diciptakan, ia akan bisa terus mengakumulasikan pengetahuan dan kecerdasan dari sekelilingnya untuk nantinya terus berkembang bahkan tanpa diarahkan dan digiring oleh si manusia penciptanya. Dan kecepatan belajar ASI bisa sangat cepat, tidak terkendala oleh faktor-faktor biologis layaknya manusia seperti gizi, suhu, dan sebagainya. Sementara itu, manusia bisa lebih sensitif terhadap berbagai faktor eksternal yang kemudian bisa memengaruhi kondisi internalnya.
Merasa ngeri dan terancam oleh ASI? Sudah sepatutnya.
Kapan ASI Muncul?
Lalu kapan ASI ini akan lahir? Karena AGI saja belum dipastikan kapan muncul, tentu saja kelahiran ASI ini juga masih berupa prediksi semata. Berdasarkan prediksi sejumlah praktisi dan pakar AI, jawabannya bervariasi. Ilmuwan komputer dan pakar masa depan Ray Kurzweil mengatakan ASI bisa jadi muncul tahun 2045, yang artinya 20 tahun lagi. Lain lagi pendapat 2 pentolan teknologi: Elon Musk dan Sam Altman. Yang pertama mengatakan ASI bakal ada sekitar akhir tahun ini. Yang kedua mengatakan ASI masih butuh pengembangan setidaknya 5,5 hingga 11 tahun lagi. Dengan kata lain, ASI baru bisa lahir jika AGI sudah muncul dan berkembang.
Dampak kemunculan ASI tentu saja tidak kecil dan dangkal. Di sisi positifnya, ASI nantinya bakal bisa menyuguhkan beragam perkembangan dalam bidang medis, sains, dan teknologi. Automasi dan efisiensi akan makin meningkat berkat ASI. Lalu akan tercipta juga bentuk baru kreativitas dan inovasi.