Jika Anda sedang bekerja dengan laptop atau komputer bersistem operasi Microsoft Jumat 18 Juli 2024 lalu, pasti Anda kesal karena laptop Anda menampilkan blue screen yang menghalangi Anda bekerja.
Seorang teman saya berkeluh kesah demikian di Instagram story-nya. Sedang melakukan business call penting di laptop Windows-nya dan tiba-tiba di tengah percakapan, laptopnya berhenti bekerja, menampilkan layar biru dengan deretan teks notifikasi autoupdate yang tak bisa dilewati dan dihindari. Sontak ia pun memaki-maki Microsoft.
Menanggapi keluhan banyak pihak ini, muncul permintaan maaf dari George Kurtz selaku CEO CrowdStrike. Ia secara terbuka mengakui bahwa perusahaannya bertanggung jawab atas bug perangkat lunak yang menyebabkan gangguan global tersebut.
Ia menegaskan bahwa insiden ini bukan serangan siber seperti spekulasi sejumlah pihak dan pelanggan Microsoft tetap terlindungi sepenuhnya.
CrowdStrike telah mengirimkan pembaruan sistem, ungkapnya. Tetapi proses pemulihan ini bisa jadi membutuhkan waktu karena beberapa sistem perlu diperbarui secara manual.
Microsoft juga melaporkan adanya gangguan sebelumnya yang mempengaruhi pengguna Azure di AS. Perusahaan bentukan Bill Gates tersebut memberikan saran kepada pengguna untuk membantu mengatasi masalah, termasuk memulihkan sistem cadangan.
Dampak Luas
Ternyata tak cuma dia yang terkena dampak. Di AS sendiri pada 19 Juli 2024, dikabarkan terjadi gangguan yang sama. Dan ini terjadi secara global. Dampaknya begitu luas pada banyak sekali sektor bisnis dan layanan di seluruh dunia.
Akibat auto update atau pembaruan sistem operasi secara massal ini banyak maskapai penerbangan terganggu operasinya. Sejumlah penerbangan tertunda atau dibatalkan di beberapa negara Eropa dan Amerika.
Tak main-main, yang terkena efeknya adalah sistem operasi yang dipakai oleh bandara-bandara besar seperti Sydney, London, Berlin, dan Minneapolis.
Tak cuma itu, pelayanan rumah sakit juga terganggu di Jerman. Sementara itu di Inggris, dokter NHS kesulitan mengakses sistem.