TIGA tahun belakangan saya bekerja sebagai penyunting di sebuah website.
Tentu saja sebagai seorang penyunting, saya menerima banyak tulisan (submission) dan menyeleksi mana yang layak tayang dan mana yang tidak.
Awalnya saya hanya mengandalkan kepercayaan terhadap pribadi penulis yang mengirimkan tulisan dan kejelian insting saya.
Namun, dengan makin maraknya penggunaan di berbagai sektor kehidupan dan ditambah dengan makin canggihnya AI dalam mengolah kata, rasanya saya juga perlu meningkatkan kewaspadaan saya agar tidak ditipu mentah-mentah oleh para pengirim tulisan.
Saya menemukan satu tulisan di originality.ai yang bisa menjawab kecemasan saya itu.
Dalam tulisan tersebut, Jonathan Gillham yang telah berkecimpung di dunia marketing konten dan SEO (search engine optimization) menyatakan bahwa kita sudah bisa menemukan artikel-artikel hasil kerja AI yang mutunya sebagus hasil tulisan penulis atau jurnalis manusia.
Maka dari itu, banyak orang termasuk pembaca awam hampir tidak bisa membedakan keduanya. Dan ini bisa menjadi celah untuk pihak-pihak yag tak bertanggung jawab untuk menggiring opini publik atau memanipulasi sentimen publik soal isu tertentu.
Menurut Gillham ada sejumlah cara yang bisa kita tempuh sebagai pembaca, penyunting, atau pendidik (karena anak-anak sekolah juga makin gemar pakai ChatGPT saat ini) agar tidak 'kebobolan' di era AI sekarang ini.
Di bawah ini adalah 5 kiat yang kita bisa lakukan untuk mengetahui apakah sebuah tulisan punya kemungkinan tinggi dihasilkan AI atau tidak.
Kiat 1: Cari pola atau pengulangan struktur
Ciri khas yang paling mudah ditemukan dalam artikel atau tulisan hasil kerja AI adalah adanya kata, frasa, atau kalimat yang diulang-ulang.
Kenapa bisa demikian? Itu karena AI dirancang untuk mengenali pola dan menirunya seakurat mungkin.