SEBUAH gerakan sosial yang disebut "4B" meluas di Korea Selatan. Menurut sebuah artikel di laman thecut.com, para wanita di Korea Selatan sekarang makin banyak yang secara tegas menolak norma-norma patriarki tradisional dan harapan-harapan masyarakat secara keseluruhan.
Salah satu wanita Korsel yang diangkat di tulisan tersebut ialah Youngmi, seorang perawat yang tak segan menghempaskan tekanan-tekanan masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan standar kecantikan yang diberlakukan oleh kaum pria di sana.
Bentuk Protes Anti Patriarki
Gerakan ini, yang berasal dari aktivisme feminis terhadap masalah-masalah seperti femisida (kejahatan kebencian berdasarkan jenis kelamin) dan kejahatan seksual dengan kamera tersembunyi di toilet umum wanita, menganjurkan empat bi alias "tidak":
- bihon: penolakan untuk menjalin hubungan dan memiliki status pernikahan heteroseksual,
- bichulsan: penolakan untuk melahirkan anak dari pria Korea,
- biyonae: penolakan ajakan berkencan dari pria Korea, dan
- bisekseu: penolakan terhadap dorongan masyarakat terhadap wanita untuk masuk ke dalam hubungan seksual heteroseksual.
Masih menurut thecut.com, para wanita yang berpartisipasi dalam gerakan ini memprioritaskan kemandirian ekonomi dan otonomi atas peran-peran tradisional. Bahkan beberapa orang di antara perempuan Korsel ini menolak hubungan dengan pria sama sekali.
Meskipun menghadapi reaksi negatif dan perpecahan internal, gerakan 4B telah memberikan tempat perlindungan bagi wanita Korea yang ingin menjalin kehidupan terpisah dari kaum pria dan menantang struktur patriarki yang sudah mengakar begitu kuat di Korsel.
Kepunahan Ras Korea?
Sebagaimana kita ketahui angka kelahiran di Korsel, beberapa tahun terakhir juga makin anjlok. Dikutip dari bbc.com, angka kelahiran mereka terendah di seluruh dunia, bahkan angka kematian lebih tinggi daripada kelahiran di tahun 2020 sehingga membuat populasi menurun.
Merebaknya gerakan 4B ini ditakutkan akan makin memperparah angka kelahiran bayi yang sudah rendah itu yang bisa membuat bangsa Korea punah di masa depan.
Pemerintah Korsel sendiri sudah berupaya memberikan insentif untuk bayi berupa tunjangan senilai 26,9 juta won atau setara Rp351 juta per bayi.
Tapi tentunya iming-iming itu tidak mempan untuk perempuan Korsel yang sudah muak menjadi warga negara kelas dua dan mesin pencetak bayi di masyarakat Korea.
Dipuja Bak Dewa di Indonesia
Tren yang berbeda bak bumi dan langit malah terjadi di Indonesia. Saat para wanita Korsel sudah muak dan menghindari oppa-oppa Korea, jutaan perempuan Indonesia begitu menggandrungi sosok-sosok pria Korea.