Zaman sekarang memiliki akun media sosial adalah sebuah keharusan. Bisa karena desakan eksistensi di era digital, atau memang karena tuntutan pekerjaan.
Hal itu juga yang dialami oleh para penulis buku di abad ke-21. Mereka tidak lagi hanya dituntut untuk memiliki keterampilan dan kepiawaian mengolah kata menjadi karya yang indah dan layak dibaca khalayak ramai tetapi juga memiliki basis penggemar di media sosial yang populer seperti Instagram atau Twitter.
Demikian hipotesis yang saya ingin pastikan jawabannya kepada pembicara workshop "Menulis Buku Hingga ke Penerbit, Apakah Sulit?", Almira Bastari, yang pada hari itu didapuk Kompasiana sebagai pemateri. Acara ini adalah bagian dari event Kompasianival 2023 yang dihelat di Bentara Budaya Jakarta, Palmerah, Jakarta pada tanggal 25 November 2023.
Haruskah Penulis Populer di Media Sosial?
Kenapa saya bisa memiliki hipotesis seperti itu? Hal ini karena saya sempat membaca bahwa di sebuah perusahaan penerbitan para calon penulis ditanya oleh pihak editor soal punya atau tidaknya akun media sosial aktif yang sudah memiliki pengikut setia. Makin banyak pengikut di Instagram atau Twitter, makin tinggi peluang buku/ karya diterbitkan oleh pihak penerbit.
Kenapa bisa demikian? Karena logikanya, saat seorang penulis memiliki jumlah pengikut di media sosial yang lumayan banyak, upaya marketing dan sales untuk buku yang akan diterbitkan akan lebih banyak terbantu. Jumlah pengikut juga seolah menjadi dasar estimasi jumlah eksemplar yang akan terjual di pasar nanti.
Menurut Almira yang saya tanya langsung pada hari itu di sesi tanya jawab, jawabannya ada dua.
"Bisa penting dan nggak penting. Ada dua aliran nih soal itu," ujarnya.
Almira tidak menampik kenyataan bahwa beberapa tahun terakhir pihak penerbit secara aktif mencari para influencers di media sosial atau public figures yang memiliki basis fans besar di media sosial agar mereka mau untuk menulis buku.
Misalnya Jerome Polin yang diinginkan oleh para penerbit untuk mau menulis buku dengan bekerjasama dengan mereka.
Apakah ini salah?