Lihat ke Halaman Asli

Akhlis Purnomo

TERVERIFIKASI

Copywriter, editor, guru yoga

Kurangi Gula dalam Makanan Kemasan Bisa Cegah Penyakit, tapi Apakah Produsen Peduli?

Diperbarui: 25 Januari 2022   06:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

SAYA tanya: Berapa banyak dari kita yang saat berbelanja memperhatikan kandungan zat gizi dalam makanan atau minuman kemasan? Misalnya kandungan gula, kandungan protein, natrium atau garamnya. Kebanyakan dari kita tak mau ambil pusing menghitung dan tinggal telan saja.

Berbelanja makanan dan minuman kemasan memang praktis. Kita tinggal ke minimarket atau swalayan di sekitar kita dan memilih sepuasnya menurut selera kita di rak-rak toko lalu membayar dengan mudah di kasir. Semuanya dalam hitungan menit bisa terselesaikan. Kita bisa langsung menikmati jenis-jenis makanan seperti biskuit, wafer, permen, dan sebagainya. Itulah kenyamanan hidup sebagai manusia modern.

Tapi di balik kenyamanan itu banyak juga manusia yang terjebak untuk mengabaikan kandungan dalam makanan yang mereka masukkan dalam tubuh mereka ini. Dan ini sungguh mencemaskan karena kita seolah membutakan diri terhadap efek dari apa yang kita konsumsi.

Saya sendiri menyaksikan ada anak kecil yang minum 3 botol minuman ringan berperisa teh dengan kandungan gula yang bisa dikatakan sangat tinggi dalam sehari. 

Kalau untuk sesekali dan si anak aktivitasnya sangat tinggi ya memang tak masalah, tapi namanya lidah manusia, sekali dimanja dan tahu enaknya, biasanya jadi ketagihan. Apalagi ini jika sudah dibiasakan sejak kecil.

Saya pikir sudah saatnya masyarakat sebagai konsumen makanan dan minuman kemasan ini untuk diberikan produk-produk yang kandungan gulanya lebih rendah dari yang sekarang. Simpel saja, karena masyarakat kita ini sudah banyak yang kena diabetes. 

Menurut katadata.co.id, Indonesia menduduki ranking 5 di seluruh dunia dalam jumlah penderita diabetes dengan 19,47 juta jiwa penderita DM. Tingkat prevalensinya sangat besar juga yakni 10,6%. 

Dan faktanya yang menyedihkan adalah diabetes bukan penyakit orang kaya yang kelebihan makan lagi. Para penderita diabetes kini adalah masyarakat menengah bawah yang kebanyakan tak punya pilihan lain selain mengonsumsi makanan dan minuman kemasan yang dijual bebas yang mengandung gula sangat tinggi.Tapi karena bahan makanan ini lumayan terjangkau, mereka pun sering mengonsumsinya. 

Dan seperti kita tahu, soal data masyarakat kita itu dikenal punya kecenderungan abai terhadap pemeriksaan kesehatan. Angka 19,47 juta tadi sangat mungkin cuma 'pucuk gunung es'. Yang tercatat sebanyak itu, yang belum tercatat? 

Belum lagi angka penderita prediabetes atau orang yang gula darahnya sudah lebih tinggi dari normal dan mereka ini usianya makin muda lho. Mereka ini selangkah lagi menuju status diabetes dan tak terdeteksi biasanya.

KURANGI GULA SEKARANG  

Sebuah penelitian mikro simulasi oleh Massachusetts General Hospital yang hasilnya dirilis 2021 lalu di Circulation menyatakan bahwa dengan memangkas 20 persen kandungan gula dalam makanan kemasan dan 40% dari minuman kemasan, para produsen bisa membantu masyarakat mengurangi jumlah kasus penyakit kardiovaskuler sebanyak 2,48 juta. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline