AKHIR-AKHIR ini perbincangan publik sempat didominasi dengan isu child-free yang dihembuskan seorang pesohor internet. Ia dikenal sebagai YouTuber dan penulis juga. Intinya ia memproklamirkan dirinya dan pasangannya sudah bahagia tanpa harus melahirkan seorang anak.
Hebohlah jagat maya Indonesia yang memang sensitif soal isu-isu yang seperti ini. Maklum masyarakat kita masih belum paham mengapa pilihan itu bisa dibuat dan mengapa logika berpikirnya sampai ke arah sana.
Tanpa memihak keputusan orang yang dimaksud, kita semua mafhum bahwa memiliki anak sekarang bukan asal bisa melahirkan lalu memberi makan. Ada banyak faktor yang mesti disiapkan.
Salah satunya ialah kondisi lingkungan untuk membesarkan seorang anak. Berita buruknya, kondisi planet bumi ini makin lama makin buruk. Ini tak bisa disangkal lagi. Meski mungkin masih ada area-area yang terkesan bebas dari polusi, tapi apakah ada jaminan jangkauan polusi akan cuma berhenti di area-area tertentu itu saja?
Kita seolah lupa bahwa bumi ini adalah satu kesatuan. Bukan potongan-potongan daerah yang berdiri sendiri, yang jika satunya terpolusi, lainnya tidak akan terpengaruh sama sekali. Pola pikir itu sudah harus diluruskan di zaman yang makin global begini.
Kenapa lingkungan yang sehat dan bebas polusi begitu penting bagi calon buah hati Anda?
Karena jika Anda tinggal di lingkungan yang level polusi udaranya di luar toleransi badan manusia, tak mustahil korbannya buah hati Anda di masa depan. Dan terutama kesehatan mentalnya.
Sebuah penelitian di Inggris Raya menemukan adanya fakta tingkat kasus gejala penyakit mental yang lebih tinggi di area-area yang menunjukkan tingkat polusi udara (akibat lalu lintas padat) yang luar biasa tinggi dan tak terkendali.
Salah satu zat polutan yang menjadi perhatian di sini ialah zat nitrogen oksida yang bisa berdampak pada kesehatan mental seorang anak di masa depannya. Menurut ilmuwan, efek buruk polusi udara bisa terasa pada diri anak hingga ia remaja.
Menurut studi yang dipublikasikan hasilnya oleh JAMA Network Open di bulan April 2021 lalu itu, kita jadi tahu bahwa makin banyak seorang anak terpapar polusi udara (terutama zat nitrogen oksida) sepanjang masa kanak-kanak dan remaja, semakin tinggi peluangnya untuk menderita penyakit dan kelainan mental.