Di masa awal ditemukannya beberapa penderita COVID-19 di Indonesia, masyarakat fokus pada peningkatan gaya hidup sehat.
Mereka meningkatkan kewaspadaan untuk menjaga sistem kekebalan tubuhnya dengan melakukan banyak cara, seperti makan makanan bergizi, mengonsumsi suplemen kesehatan (jamu, multivitamin), berolahraga (melalui kelas daring di aplikasi maupun YouTube dan platform digital lainnya).
Mereka juga makin sering menjaga kebersihan tangan sehingga penjualan produk pembersih tangan (hand sanitizer), cairan disinfektan berbahan dasar alkohol, sabun antikuman meningkat tajam.
Akan tetapi, begitu pandemi mulai menyebar lebih luas dengan ditandai oleh terus naiknya jumlah penderita COVID-19, kecemasan menjalar dan perilaku masyarakat akan makin mengarah ke pembelian bahan pokok dalam jumlah besar (stock-piling) yang agresif.
Dan karena kegiatan di luar rumah semakin dibatasi, masyarakat juga akan makin bergantung pada platform belanja daring. Semua kegiatan jual beli dilakukan secara daring dan pengiriman paket makin tinggi frekuensinya. Inilah yang terjadi di China dan Italia, dua negara yang paling banyak mencatatkan jumlah penderita COVID-19.
Dan karena masa pandemi ini masyarakat lebih mencemaskan keselamatan, mereka juga lebih fokus pada belanja barang-barang kebutuhan pokok untuk bertahan hidup.
Mereka terutama cenderung banyak membelanjakan uang dalam bentuk makanan siap saji yang bisa disantap kapan saja saat diperlukan tatkala karantina di rumah diperpanjang, makanan kaleng juga menjadi buruan.
Bisnis jual beli daring seperti Amazon.com justru makin moncer di masa pandemi ini. Tercatat Amazon.com malah kerepotan melayani pesanan pembeli dan sampai harus menambah jumlah karyawan sebanyak kurang lebih 100.000 orang. Belum lagi ada kemungkinan suplai sulit sehingga diperkirakan harga-harga barang kebutuhan pokok akan makin membubung tinggi.
Sektor-sektor yang Gugur
Dengan begitu cepatnya pandemi ini menyebar, bisnis-bisnis di bidang pariwisata, akomodasi (seperti hotel, penginapan) dan transportasi (seperti travel agent, maskapai penerbangan) sudah dipastikan terpukul hebat sebelum sektor lainnya terkena.
Di Amerika Serikat saja, maskapai-maskapai penerbangan sudah meminta suntikan dana dari pemerintah agar tetap bisa terus beroperasi, dan tidak jatuh pailit karena kekurangan kas yang bisa diibaratkan darah bagi tubuh perusahaan. Hal ini bisa dipahami karena larangan bepergian (travel ban) diberlakukan di mana-mana.
Dan karena masyarakat tidak keluar rumah dan membatasi tingkat konsumsi mereka secara drastis hingga ke level kebutuhan pokok saja, laju ekonomi makin berat.