Lihat ke Halaman Asli

Akhlis Purnomo

TERVERIFIKASI

Copywriter, editor, guru yoga

Tak Signifikan, Dampak Konsumsi Mayoritas Suplemen Makanan pada Kesehatan

Diperbarui: 21 Juli 2019   22:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Suatu ketika saya pernah berbicara dengan seorang teman yang bekerja sebagai dokter. Ingin tahu soal sikapnya tentang suplemen makanan yang banyak beredar sekarang ini, saya bertanya padanya langsung. 

Sebagaimana kita tahu, banyak sekali kita jumpai suplemen di etalase apotek dan toko obat yang dijual oleh para pelaku industri kesehatan modern. Cakupan produk suplemen makanan ini begitu banyak, di antaranya yang paling banyak kita jumpai ialah suplemen antioksidan, beta karoten, vitamin b kompleks, multivitamin, asam folat, berbagai vitamin (A, B3, C, E), asam omega 3 (minyak ikan), dan lain-lain.

Kita dibombardir dengan berbagai iklan yang mencoba meyakinkan kita tentang manfaat kesehatan yang bisa diraih dari konsumsi produk X atau Y. Dan yang menyesatkan ialah seolah-olah ada kesan bahwa konsumsi produk itu memecahkan segala masalah kesehatan. Ini yang saya ingin kritisi. Jangan-jangan orang-orang dekat saya atau bahkan saya sendiri menjadi korban?

"Kalau memang asupan makananmu sudah seimbang dan sehat, konsumsi suplemen sebenarnya tidak diperlukan kok," jawabnya singkat.

Logis juga, pikir saya. 

Namun, saya kembali mempertanyakan asupan saya sendiri. Apakah sudah seimbang dan sehat? Apakah sudah memenuhi kebutuhan tubuh saya (karena hanya menuruti anjuran kesehatan massal yang dikeluarkan otoritas kesehatan ini atau itu tidak menjamin kesehatan saya juga karena kondisi tiap orang pasti berbeda)? Saya tak tahu pasti.

Terlepas dari itu saya mencoba untuk mencari tahu dari sumber lain juga. Dan ternyata memang di dalam sains modern, dikatakan bahwa konsumsi mayoritas suplemen nutrisi vitamin dan mineral dan nutrisi mikro yang beredar di pasaran saat ini TIDAK memberikan dampak langsung yang signifikan pada panjangnya usia seseorang atau penurunan risiko seseorang menderita penyakit jantung.

Meskipun tidak ada efek positifnya, konsumsi suplemen makanan ternyata juga tidak membawa dampak buruk bagi kesehatan menurut ilmuwan di Centers for Disease Control and Prevention di AS yang dipublikasikan di "Annals of Internal Medicine". Riset ini sangat meyakinkan karena melibatkan lebih dari 900 ribu orang sebagai subjek penelitiannya dan mereka tersebar di berbagai negara sehingga tidak berlebihan jika temuan ini bisa dikatakan mencerminkan tren global. 

Dan yang terpenting ialah pernyataan bahwa riset ini tidak didukung dengan dana dari korporasi sehingga lebih netral dalam menerjemahkan temuan dan fakta di lapangan (karena sebagian riset juga bisa jadi disokong pihak-pihak yang berkepentingan ekonomi sehingga temuan ilmiah bisa digunakan sebagai legitimasi bagi kampanye marketing mereka).

Jadi, intinya efeknya netral saja, seperti placebo mungkin. Hanya memberikan efek psikologis pada konsumennya sehingga mereka secara psikologis lebih tenang karena merasa telah menjalani gaya hidup sehat dan peduli kesehatan mereka sehingga pikiran mereka juga menjadi lebih positif dan bahagia, terhindar dari kecemasan yang tidak beralasan, menurut hemat saya.

Sekali lagi, sebagai konsumen janganlah kita terbuai dengan janji-janji bahwa konsumsi satu produk saja akan menjamin pemecahan masalah kesehatan kita secara menyeluruh. Itu cuma ilusi. Kita sudah seharusnya sadar bahwa tidak ada jalan pintas untuk sehat kecuali dengan mengerahkan upaya yang holistik, yakni perbaikan dalam segala aspek kehidupan kita, termasuk asupan makanan harian. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline