Lihat ke Halaman Asli

Akhlis Purnomo

TERVERIFIKASI

Copywriter, editor, guru yoga

Inilah Cara Jadi Penulis Makmur

Diperbarui: 13 September 2017   14:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kalau mau dicermati, pekerjaan paling enak itu menulis. Bagaimana tidak? Tinggal duduk, lalu ambil alat tulis atau menyalakan komputer dan mengetik. Untuk mengetik itu memang perlu berpikir tetapi kalau kita manusia yang sehat jasmani dan rohani, berpikir pastinya bukan hal yang begitu susah. Apalagi jika sudah mengenyam pendidikan, sehingga dapat dipastikan sudah banyak membaca dan bisa menuangkan pikiran dan emosi yang ada dalam benak.

Bekerja sebagai penulis juga sebetulnya memangkas banyak kerepotan untuk bepergian. Seorang penulis tidak wajib masuk kantor setiap lima hari dalam seminggu. Dan ia bisa saja bekerja di rumah. Sepanjang ada koneksi internet, segala kegiatan kepenulisan bisa diselesaikan.

Untuk menulis juga tidak perlu banyak modal kecuali kemauan. Kalau Anda belum punya komputer, Anda sekarang bisa mengetik ide di ponsel pintar. Saya yakin di ponsel pintar sudah ada aplikasi pencatat seperti Evernote, Google Docs, atau kalau memang buat sama sekali soal kedua aplikasi tadi, catat saja di surel/ Gmail Anda. Kalau tidak punya pulsa, bisa ke tempat-tempat yang menawarkan koneksi internet gratis.

Kalau tidak punya sumber/ literatur yang memadai dan bisa diandalkan, bisa datang ke perpustakaan-perpustakaan terdekat milik pemerintah (yang gratis) atau swasta (yang berbayar, itupun saya yakin murah). Kalau tidak punya paket data, juga masih bisa baca berita, karena Facebook menyediakan akses web gratis. Sungguh, kita sedang berada dalam era yang sangat mendukung literasi. Informasi membanjiri. Tidak ada alasan untuk tidak tahu, tidak banyak membaca. Yang bisa dipahami mungkin satu: kekurangan waktu. Maka, agar itu tak terjadi, Anda perlu fokus.

Baru-baru ini kita diributkan dengan isu kesejahteraan penulis yang dihembuskan oleh salah satu penulis Indonesia. Saya pastikan ini sudah isu yang usang tetapi terus relevan sepanjang zaman. Profesi penulis memang belum menduduki posisi bergengsi dalam masyarakat kita. Sampai kapan ini harus terjadi? Saya tak akan bahas di sini. Terlalu panjang dan membuang energi.

Jujur saja, menulis dan menjadi kaya itu bisa saja terjadi. Asal tahu caranya. Berikut adalah cara menjadi lebih makmur dengan menulis konten web (non-buku).

  • Cara pertama: Jangan menulis yang mudah ditulis

Jika bisa dibedakan ada tiga jenis derajat konten/ tulisan di web yang dihasilkan oleh penulis. Jenis konten pertama ialah konten 'copas' alias hasil salin rekat. Ini konten yang haram seorang penulis masukkan dalam karyanya jika memang ia serius ingin berkarier di dunia kepenulisan. Tiada ampun untuk orang yang mengaku penulis tetapi masih melakukan praktik terlarang itu di blognya, atau karya tulis lainnya.

Jenis konten kedua (yang lebih baik daripada konten copas) ialah konten daur ulang (repurpose). Maksud saya di sini adalah tulisan yang cuma hasil saduran, hasil terjemahan, hasil rangkuman, cukilan dari tulisan lain yang lebih terkenal, serius dan 'berat'. Konten jenis ini membutuhkan lebih banyak waktu dan tenaga intelektual untuk membuat daripada konten 'copas'. 

Tetapi karena sifatnya yang hanya turunan dari karya asli, konten jenis ini belumlah bisa dianggap konten yang berkualitas prima. Konten ini bisa kita temukan banyak sekali di jagat maya, karena para pembuat konten web tidak banyak ingin menghabiskan waktu untuk membuat konten orisinal tetapi juga menghindari penalti dari Google jika mengunggah konten copas seenaknya di situs web mereka.

Tipe konten yang kastanya tertinggi ialah konten orisinal, yakni tulisan yang dihasilkan oleh penulis yang kompeten di sebuah bidang. Kriteria kompeten ini bisa didapatkan jika penulis memastikan dirinya memiliki kecukupan pemahaman, pengalaman, kedalaman pengetahuan, dan sebagainya sebelum menulis konten. 

Dibutuhkan waktu bertahun-tahun atau berdekade bahkan untuk bisa mendapatkan predikat kompeten. Maka dari itu, dapat dikatakan inilah jenis konten yang paling susah dibuat karena harus ada ketrampilan dan keahlian khusus. Konten jenis ini juga bisa jadi mengandung informasi yang begitu susah didapatkan. Kemampuan analitis, interpretasi informasi dan data juga mutlak diperlukan. Contoh konten ini ialah tulisan-tulisan hasil penelitian pakar di bidang sains dan teknologi, konten di situs web media-media jurnalisme arus utama (mainstream) soal ekonomi, bisnis, dan sebagainya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline