Lihat ke Halaman Asli

Akhlis Purnomo

TERVERIFIKASI

Copywriter, editor, guru yoga

Keragaman Karakter Warga Tionghoa Indonesia

Diperbarui: 29 November 2016   13:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Dalam sebuah kelas kebudayaan Tiongkok, seorang guru melontarkan pertanyaan yang kira-kira bunyinya seperti ini pada kami yang hadir:"Watak paling khas apakah yang Anda kenali dari orang berdarah Tionghoa?"

Dengan percaya diri, entah karena kesurupan roh dari pemakaman mana, saya sebagai wakil kelompok minoritas yang berkulit cokelat, bermata lebar, dan berkelimpahan kelopak mata di kelas mengacungkan tangan lalu tanpa ragu-ragu lagi menjawab jujur,"Pekerja keras dan hemat." 

Saya hanya menjawab spontan, berdasarkan ekstraksi pengalaman dan bukti-bukti selama pergaulan dengan orang-orang tersebut di sekitar saya dari sejak masa sekolah sampai kerja.Tiba-tiba suasana agak hening. Satu detik, dua detik berlalu. Sebuah paku payung jatuh ke lantai pun mungkin akan terdengar jelas. Sampai-sampai saya ingin menjerit karena cemas apakah ada perkataan saya yang salah. Ah, jadi begini rasanya jadi minoritas yang vokal, salah ucap sedikit sudah takutnya setengah hidup. Untung dari lubuk hati terdalam, saya tak bermaksud menista dan tak ada juga yang merasa ternista oleh ucapan saya. Untung juga kecenderungan saya memakai gaya bahasa hiperbola tidak keluar di sini. 

Tukas sang guru kemudian,"Anda pasti dari Indonesia."

Rahang saya hampir jatuh. Saya jelas terperangah. Guru perempuan itu amat cerdas. Cerdasnya seperti bu Aminah yang kemarin saya ceritakan di cerita pendek anak-anak hasil saduran karya penulis yang saya lupa namanya. Ia bisa menerka asal saya dengan tepat, tanpa keliru mengira saya dari India atau Pakistan atau Bangladesh. Sangat mengesankan.

Kemudian saya pikir lebih dalam lagi. Rupanya ia menyimpulkan saya orang Indonesia bukan karena tampilan fisik saya tetapi lebih karena jawaban saya yang mencerminkan stereotip Tionghoa peranakan di nusantara.

Seperti juga kelompok etnis lainnya, masyarakat Tionghoa juga memiliki subgrup-subgrup yang masing-masing memiliki ciri khasnya sendiri. Dan sebagaimana penjelasan-penjelasan soal stereotip (cap), klaim-klaim yang muncul ialah hasil dari proses generalisasi yang sering kurang adil atau berimbang atau faktual. Sehingga dapat dikatakan ini bukan fakta tetapi asumsi dan prasangka yang bisa jadi betul atau salah. Dan yang paling menarik ialah bagaimana berbagai faktor dari geografis, linguistis, relijius, arsitektural sampai finansial berperan serta dalam stereotip-stereotip ini.

Tionghoa Jawa Tengah

Oleh sesama masyarakat Tionghoa Indonesia, mereka ini dianggap berpola pikir sederhana (tetapi masih pandai mencari uang), pelit, hemat, gaya berpakaian ketinggalan mode, sangat kebarat-baratan, berpikir mereka tahu segalanya dan cenderung menyembunyikan perasaan mereka (sama juga dengan karakter orang Jawa Totok). Dari pandangan orang Jawa Timur, kelompok satu ini dianggap selalu berlagak sok tahu semua hal. Mereka memiliki logat bahasa Jawa yang kental. Bahkan uniknya kadang lebih kental dari warga lokal sendiri.

Tionghoa Sumatra

Orang Tionghoa Jawa cenderung menganggap Tionghoa Sumatra sebagai orang yang agak kasar (mirip dengan opini yang dimiliki oleh orang Jawa Totok terhadap orang pribumi Sumatra), lebih suka berterus terang, agak mengesampingkan bersopan santun dan sangat percaya diri.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline