Lihat ke Halaman Asli

Jokowi dan Demokrasi yang Sebetulnya Sederhana

Diperbarui: 20 Juni 2015   02:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14035279571679227518

‘Demokrasi adalah cara bagaimana mendengar suara rakyat dan melaksanakannya. Makanya setiap hari kami datang ke kampung, pasar, sungai, petani, pelelangan ikan, karena kami ingin mendengar suara rakyat’

Ir. Joko Widodo

Jawaban tersebut disampaikan Jokowi dalam debat capres- cawapres pertama 9 Juni 2014 lalu ketika ditanyakan apa makna demokrasi. Kelihatannya jawaban capres yang diusung oleh PDIP dan partai koalisi tersebut sederhana, namun sesungguhnya mengandung makna yang mendalam. Jawabn tersebut saya yakin juga menyentuhkalangan voters, terutama voters kelas menengah dan kalangan yang mengetahui sedikit mengenai teori- teori tentang demokrasi sekaligus mengingaakan kita mengenai praktek demokrasi di Indonesia selama ini.

Demokrasi selama ini dikalangan masyarakat Indonesia dimaknai sebagai sebuah hal yang absurd, pragmatis, transaksional dan sekedar kelembagaan. Ketika kita tanya mengenai demokrasi ke masyarakat, saya yakin jawabannya adalah: pemilihan umum, kampanye di panggung terbuka, mencoblos, menerima uang bensin dan kaos kampanye dll. Saya yakin jawaban masyarakat pada umumnya bukanlah: demokrasi itu pesta rakyat untuk memilih capres/ anggota DPR/ DPRD yang memiliki visi dan track record yang pasti, demokrasi itu membicarakan isu-isu publik semisal pajak, kesehatan, kesejahteraan dan demokrasi itu ajang bagi politisi/ pemimpin untuk memperjuangkan apa yang menjadi visi misinya dalam praktek kepemimpinannya dan kemudian akan dipilih lagi di periode selanjutnya sebagai ganjaran akan jujur dan kosistennya dalam memperjuangkan isu- isu masyarakat yang diperjuangkannya ketika ia menjabat di pemerintahan ataupun di legislatif. Demokrasi sejatinya adalah proses dan metode yang mulia, dekat dengan ibadah dan surge ending-nya adalah untuk kesejahteraan rakyat.

Namun kenyataan yang terjadi di Indonesia kemduian adalah sebuah hal yang paradoks dengan demokrasi itu sendiri. Dimana praktik demokrasi di negeri gemah ripah loh jinawi ini hanyalah sekedar batu loncatan elit untuk menduduki posisi yang membuat memperkaya diri dan lupa akan janji- janjinya kepada masyarakat. Demokrasi yang digadang- gadang oleh para perumus dan pengagasnya sebagai media untuk mensejahterakan rakyat selama ini gagal dalam implementasi idealnya.

Jokowi dan Demokrasi

Makna demokrasi seperti dikatakan Jokowi dalam debat capres putaran pertama dahulu dalam pandangan saya menunjukan visi misi Jokowi- JK dan pelaksanaan demokrasi yang sesungguhnya. Demokrasi yang didefinisikan oleh Abraham Lincoln sebagai: dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat dimaknai betul oleh Jokowi.

Selama ini praktek demokrasi di Indonesia tidak sebanding antara modal demokrasi (anggaran pemilu, konflik sosial, dll) dengan hasil pemilu (kualitas pemimpin, implementasi janji kampanye dll). Demokrasi yang seharusnya adalah media komunikasi dua arah antara pemimpin dan rakyat dalam membangun sebuah bangsa ternyata gagal dilakukan. Dan kegagalan ini menurut saya lebih disebabkan oleh kegagalan elit dalam membangun demokrasi yang esensial.

Jawaban Jokowi tersebut menunjukan kepada kita, Pertama: Jokowi- JK memahami esensi demokrasi dan juga gap demokrasi dengan kesejahteraa rakyat yang menjadi tujuan demokrasi yang terjadi di Indonesia. Kedua, kegagalan demokrasi tersebut tidak akan diulangi seandainya Jokowi- JK menjadi presiden dengan implementasi ide dan masukan dari rakyat dalam kebijakan di pemerintahan mereka kedepan, seperti yang sudah dilakukannya ketika menjabat walikota Solo dan gubernur DKI dengan blusukan dan musyawarahnya. Gaya pemerintahan Jokowi- JK kedepan bila terpilih menjadi presiden dan wakil presiden niscaya tidak akan jauh- jauh dari gaya kepemimpinna Jokowi di DKI Jakarta. Sebuah gaya kepemimpinan yang akan menitik beratkan partisipasi dan kesetaraan antara rakyat dan pemimpinnya. Gaya kepmimpinan yang dimana rakyat benar- benar menjadi subjek dari pembangunan bangsa dan bukan sekedar alat legitimasi yang setelah pemilu dilupakan begitu saja.

Demokrasi Itu Sederhana

Memang sesungguhnya demokrasi itu suatu hal yang sederhana, simple dan sangat bisa dipraktekan oleh pemimpin siapa saja asal dia mau melakukannya, siapapun dia dan apapun latar belakangnya. Demokrasi sekaan diawang- awang, absurd, melangit dan susah dipahami karena kegagalan elit dan pemimpin dalam melaksanakan demokrasi yang sederhana tersebut. Sehingga berefek panjang dan mematikan citra positif demokrasi itu sendiri di masyarakat.

Demokrasi itu apa yang disampaikan oleh Jokowi: Mendengar apa yang dimau oleh rakyat dan melaksanakannya. Karena dalam demokrasi rakyat adalah raja dan pemimpin adalah pelayannya. Bukan sebaliknya. Sederhana dan gampang bukan?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline