Lihat ke Halaman Asli

Indonesia Membuka Kembali Importasi Produk Unggas Non-pangan dari Cina dan Taiwan

Diperbarui: 18 Juni 2015   07:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

INDONESIA KEMBALI BUKA IMPORTASI PRODUK UNGGAS NON PANGAN DARI RRC DAN TAIWAN

Kabar gembira bagi pelaku usaha yang selama ini mengimpor dan mempergunakan produk unggas dari Cina. Dikarenakan sejak 4 Juni 2014 Kementerian Pertanian dengan SK No. 69/Permentan/OT.140/5/2014 membuka kembali pemasukan produk unggas non pangan yang berasal dari Negara Cina. Pembukaan importasi mengacu pada Terrestrial Animal Health Code bagian 10.4 yang dikeluarkan oleh OIE, Rekomendasi Komisi Ahli Kesehatan Masyarakat Veteriner dan kajian resiko oleh karantina hewan bahwasanya produk unggas yang telah melalui proses pemanasan yang sesuai dengan jenis olahannya dapat membunuh atau mengeliminasi virus Avian Influenza. Dengan catatan metode prosesing atau pengolahan harus dicantumkan di dalam Health Certificate.

Penutupan importasi dilakukan sejak 10 April 2013 sejak mewabahnya penyakit Avian Influenza subtype H7N9 yang menyerang burung dara di wilayah Songjiang, Shanghai Cina yang menyebabkan kematian pada manusia dan berpotensi menimbulkan pandemik ke berbagai wilayah di dunia. Langkah cepat pemerintah dilakukan karena subtipe H7N9 merupakan varian baru yang belum ada di Indonesia. Varian lama yang telah dikenal adalah subtype H5N1. Produk-produk yang sudah diperbolehkan masuk diantaranya Duck down (bulu bebek halus bagian dalam), goose down (bulu angsa halus bagian dalam), duck feather down (bulu bebek bagian luar), goose feather down (bulu angsa bagian luar) yang dipakai sebagai bahan baku industri garment seperti pembuatan jaket, bantal dan shuttlecock. Produk lain yang sering diperdagangkan diantaranya Poultry By Product Meal (tepung produk turunan unggas), Feather Meal (tepung bulu), Poultry Meal (tepung unggas) dan Hydrolized chicken Feather Meal (tepung bulu unggas basah) yang dipakai sebagai bahan baku pakan ternak. Sedangkan Unggas hidup dan produk unggas pangan masih belum dibuka kran importasinya. Produk unggas non pangan yang paling banyak didatangkan dari Cina adalah duck down, goose down.

Menurut Anders Enterprises Ltdsalah satu produsen, proses produksi sehingga menghasilkan duck down dan goose down yang siap di impor sebagai berikut : Tahap Pertama bulu bebek dan angsa dilakukan pencucian dengan detergent dan anti-bacteria detergent selama 20 menit dengan suhu 600 C. Tahap kedua pemintalan (spinning), Tahap ketiga sterilisasi dan pengeringan dengan alat stearn dry dengan temperature 1230 C selama 30 menit. Tahap ke empat penurunan suhu (pendinginan) selama 8-10 menit. Tahap kelima packing. Critical point dan risk analysis (analisa resiko) penyakit yang menyebabkan goose down dan duck down dapat di impor adalah adanya proses pemanasan hingga 123 derajat selama 30 menit, padahal target penyakit virus Avian Influenza akan mati pada suhu 800 C selama 1 menit. Sehingga resiko produk ini dapat diabaikan (negligible).

Dengan adanya kebijakan ini, diharapkan keluhan dunia usaha dibidang garment akan kekurangan bahan baku dapat segera diatasi.

Oleh :drh. Agus Karyono

Medik Veteriner Muda pada Balai Besar Karantina Pertanian Tanjung Priok

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline