Lihat ke Halaman Asli

Listrik Belum Merdeka, Benarkah?

Diperbarui: 24 Juni 2015   05:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Tingkat kepercayaan masyarakat terhadap Perusahaan Listrik Negara (PLN) saat ini di rasakan sangat rendah karena masyarakat selalu menjadi korban atas ketidakprofesionalan Sumber Daya Manusia ( SDM) perusahaan berplat merah tersebut.

Listrik sebagai bagian dari kebutuhan masyarakat, mestinya di penuhi oleh pemerintah. Namun akhir-akhir ini listrik tidak bisa di akses oleh seluruh penduduk dan parahnya lagi pemenuhan bagi kelompok warga yang sudah terjangkau pun mengalami defisit sehingga di banyak daerah selalu terjadi pemadaman bergilir.

Perusahaan Listrik Negara (PLN) sekarang ini sepertinya tidak melakukan koordinasi dengan pemerintah termasuk kepada masyarakat umum terkait permasalahan yang di hadapi sehingga wajar saja banyak masyarakat merasa tidak percaya lagi.

Ini terlihat dengan pemadaman listrik secara bergilir di Sumut. Banyak masyarakat maupun pelaku industri merasa di rugikan akibat pemadaman tersebut.

Dampak terbesar yang di timbulkan adalah kerugian ekonomi. Pelaku Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di khawatirkan akan mengakibatkan terjadinya Pemutusan Hubungan Kerja(PHK) secara massal yang akan melahirkan dampak sosialyang lebih parah. Khusus industri, bagaimana investor dapat berinvestasi jika listrik sebagai sumberdaya utama tidak dapat di optimalkan. Belum lagi menciutnya hasil produksi sebuah perusahaan akan berdampak besar terhadap adanya lapangan pekerjaan.

Jika kondisi ini terjadi secara terus menerus, tidak menutup kemungkinan akan berdampak negatif terhadap kualitas pertumbuahan ekonomi Indonesia khususnya di Sumatera Utara.

Kabar terbaru menjelaskan bahwa Pemadaman listrik di Sumut itu diakibatkan defisit cadangan listrik. Dimana, listrik yang ada di sumut 1690 MW untuk memenuhi kebutuhan masyarakat sedangkan daya tampung listrik Sumut saat ini hanya 1300 MW dan inilah yang menjadi kendala. Akibatnya pemadaman listrik bisa tiga kali sehari.

Dibutuhkan Keseriusan

Krisis listrik di sumut ibarat “Tikus mati di lumbung padi”sebuah istilah yang tepat untuk menggambarkan kondisi pengelolaan sumber daya alam yang belum optimal yang seharusnya dapat dimanfaatkan sebagai energi terbaharukan menggantikan pembangkit diesel yang masih menggunakan Bahan Bakar Minyak (BBM) seperti Solar yang secara tidak langsung akan menambah konsumsi BBM.

Berawal dari sini tentu tidak bijak kalau PLN terus menerus menggantungkan energi listrik kepada sumber energi fosil.Gejala akibat ketergantungan sumber listrik pada energi fosil ini sudah kita rasakan sekarang dengan cadangan yang semakin menipis dan harga yang tinggi mengakibatkan krisis listrik.

Perlu diketahui Sumut memiliki energi alternatif yang bisa digunakan untuk sumber daya listrik yang lebih besar dari minyak dan gas. Sehinga Sumut akan lebih mandiri dalam hal energi, tidak lagi tergantung dengan energi fosil. Tetapi yang terjadi di Sumut adalah tidak adanya subsidi untuk energi alternatif.

Sumut adalah provinsi yang kaya raya akan sumber daya alamnya termasuk potensi untuk pemenuhan energi bagi kebutuhan penduduknya. Namun ironisnya sumberdaya alam tersebut tidak mampu di kelolah dengan baik sebagai potensi sumber energi bagi pembagunan peradabanmasyarakat dan bangsa negeri ini. Faktanya sekarang ini negeri kita mengalami krisis energi baik untuk pemenuhan bahan bakar maupun energi untuk listrik.

Sementara itu berbagai solusi yang ditawarkan masih bersifat parsial (biasa) dan jangka pendek. Pemenuhan energi listrik masih mengandalkan energi fosil yang bersifat terbatas dan tidak terbaharukan. Mengandalkan bahan bakar minyak secara terus menerus bukan solusi cerdas sebab energi fosil dapat menyebabkan pencemaran udara dan emisi gas rumah kaca. Sedangkan potensi energi alternatif atau energi terbaharukan yang cukup melimpah di negeri ini tidak bisa dimanfaatkan dengan baik.

Disisi lain, kegagalan pemerintah sebagai pemegang mandat dan tanggung jawab negara dalam memenuhi kewajibanya untuk mensejahterakan rakyat dan dalam hal ini adalah untuk memenuhi kebutuhan listrik.

Penutup
Akan tetapi yang menjadi pertanyaan, sampai kapankah pemadaman atau krisis listrik ini akan berakhir? Khususnya krisis listrik di Sumut, padahal Sumuat adalah wilayah yang terus berkembang dan memerlukan pasokan tenaga listrik yang tidak sedikit.Di sinilah perlunya solusi dari pimpinan negeri ini. Bukankah dengan APBD yang cukup pemerintah bisa sedikit menyisihkan anggaran untuk mencari energi alternatif sumber daya listrik.

Kita tidak ingin rumah terbakar akibat seringnya pemadaman bergilir, kita juga tidak ingin usaha terganggu dan tidak ingin semua barang elektronik itu rusak dan seterusnya.
Ancaman ke depan yang paling ditakutkan
adalah terjadinya pemadaman total. Kalau melihat kondisi stok tenaga listrik dengan keperluan listrik, maka pemadaman listrik di Sumut ini sampai beberapa tahun ke depan sulit dihindari, kecuali seluruh direksi dan jajaran paling bawah di PLN bekerja serius mengatasinya.

Kedepan PLN harus secepatnya melakukan pembenahan baik dari Sumber Daya Manusia(SDM) maupun teknologi agar tidak adalagi yang namanya pemadaman bergilir. Karena selama ini masyarakat merasakan listrik belum merdeka.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline