Dalam pergaulan kadang kita temukan seorang yang mudah untuk kita ajak komunikasi dan kita merasa nyaman dengannya , namun sebaliknya ada pula seorang yang saat kita berkomunikasi kita merasakan sulit menyatukan hati dengannya. Tentu kita akan bertanya, mengapa ada sebagian orang yang mudah menyatu dengan diri kita dan mengapa ada yang sangat sulit menyatu dengan diri kita ?. Tak jarang bahkan dalam kehidupan kita sehari- hari kita mengalami clazt atau pertengkaran dengan orang lain tanpa sebab yang kita sadari.
Ini sebenarnya ilmiah, memang ada jenis- jenis psikologis yang bisa dipelajari pada relasi sosial kita. Kesesuaian psikologis antar komunikan amat ditentukan oleh orientasi psikologis masing- masing. Misal seorang yang orientasi psikologisnya hanya untuk membangun kepentingan pribadi / ego akan sangat sulit menyatu dengan seorang yang orientasi psikologisnya untuk kebersamaan. Seorang yang egois memiliki psikologis yang terfokus untuk membangun pribadi mereka dan mengabaikan sisi eksternal mereka atau mengabaikan orang lain. Seorang yang egois sudah tentu sulit diajak kerjasama, terkadang suka meremehkan orang lain, kurang welcome, tertutup, kurang jujur, dan tidak bersahabat.
Beberapa ciri- ciri pribadi yang egois :
1.Kurang bisa diajak bersahabat atau kerjasama. Biasanya ini tampak dari sikap- sikap mereka yang suka membenci orang lain, dendam, menggunjing atau gosib terhadap keburukan orang lain. Dan mereka lebih suka menguasai segala persoalan.
2. Menghindar atau sulit untuk diajak berdialog. Karena output personality seorang yang egois bersifat searah maka sangat sulit membangun komunikasi dua arah dengan mereka. Biasanya mereka bersikap koleris dan hanya ingin didengarkan dan sulit menerima masukan dari orang lain.
3. Seorang yang egois biasa dibentuk dari lingkungan yang tertutup dan terbelakang, karena kurangnya akses pendidikan atau wawasan pada diri mereka. Mereka cenderung fanatik dan kurang menerima kenyataan diluar keyakinan diri mereka.
Banyak produk sikap negatif yang dihasilkan oleh pribadi yang egois, namun kita tak perlu membenci mereka, kita hanya perlu menjaga jarak jika memang merasa belum mampu untuk membangun relasi dengan mereka. Sebab pribadi egois juga dapat menginduksi ke orang lain, mencemarinya sehingga kita juga dapat terkena resiko negatifnya. Pribadi yang egois bukanlah pribadi yang sakit namun mereka hanyalah salah orientasi. Psikologis yang egois sangat bekerja keras untuk membangun dunia pikiran pribadinya, padahal seharusnya ia menyadari bahwa dunia bukan hanya apa yang ia pikirkan.Kesengangan- kesenangan mereka adalah pujian terhadap diri sendiri, tidak suka dianggap sejajar apalagi dianggap lebih rendah. Mereka sangat senang dianggap sebagai raja bagi diri sendiri. Tentu saja mereka juga anti demokrasi.
Bersahabat dengan seorang yang egois akan berisiko, pribadi kita akan terjajah dan akan dianggap kecil oleh mereka. Padahal kita perlu membangun hubungan yang sehat dan baik. Sebaiknya kita perlu mengambil referensi dari sebuah nasehat , " Berteman dengan seorang yang baik seperti mendekati penjual parfum, kita akan terkena imbas bau wanginya, berteman dengan orang jahat /ego seperti mendekati pandai besi, jika tidak terbakar mungkin akan terkena asap hitamnya, ".
Dan , " Sumber dari segala kejahatan adalah Egoisme , "
17- Agustus 2014. Riduwan Adi Santoso.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H