Lihat ke Halaman Asli

Krisis Kesadaran

Diperbarui: 17 Juni 2015   17:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Saat Dolli ditutup, kita mengira bahwa prostitusi telah usai,Surabaya cenderung menjadi kota suci, tapi ternyata tantangan kita justru menjadi semakin besar, semakin banyak pelanggaran- pelanggaran norma itu berkembang ke masyarakat- bahkan melalui media sosial yang sebelumnya tidak ada.Dolli berubah wajah menjadi maya dan bergerilya. Pantas kita pertanyakan mengapa ini bisa terjadi dan apa sebenarnya yang menjadi masalah? Bagaimana cara memecahkannya..?

Kasus Prostitusi tidak jauh beda dengan kasus penyimpangan lainya, seperti Korupsi. Saat kita mencoba mengeluarkan tenaga untuk memukulnya justru korupsi menjadi semakin banyak. Dulu Korupsi dilakukan tanpa tameng hukum , namun kini korupsi justru semakin bergerak halus, melalui konstitusi, melalui politik . Dulu Koruptor mudah sekali ditangkap karena hanya punya satu wajah, namun sekarang koruptor punya dua wajah bahkan tak bisa ditebak wajahnya. Pertanyaannya, mengapa ini bisa terjadi dan bagaimana selanjujutnya menyikapi ini , bagaimana cara memecahkannya ?

Korupsi dan juga Prostitusi sebenarnya adalah efek akhir yang diciptakan oleh adanya KRISIS KESADARAN. Krisis kesadaran yang bergerak searah dengan gelombang globalisasi ini diawali dari krisis Filosofis. Telah lama kita terbawa arus globalisasi yang menyuguhkan pada kita kesenangan- kesenangan materi lalu meninggalkan makna yang khakiki. Hampir setiap hari bahkan kita disuguhi dengan bagaimana cara bersenang- senang, bukan bagaimana hidup yang benar. Tampak terlihat dari tayangan televisi yang lebih banyak mengajarkan bagaiamana cara bergoyang atau lawak- lawak konyol yang hanya bersifat kesenangan sesaat. Sedikit sekali peran PENDIDIKAN.

Kita bisa menerka apa yang terjadi secara lambat laun jika manusia Indonesia akan hidup hanya dengan cara bersenang- senang. Tanpa tahu bagaimana cara berpikir logik dan rasional. Lambat laun pasti kita hidup tidak rasional.

Jika kita hidup tidak rasional maka inilah awal dari segala sebab itu, yang menyebabkan prostitusi, korupsi berkembang. Efek lanjutannya adalah kita akan hidup dengan tidak bertanggung jawab satu sama lain, kita akan hidup tanpa keyakinan. Ini lebih buruk dari kebodohan.

Pelaku- pelaku prostitusi bukanlah seorang penjahat, mereka hanyalah korban dari efek krisis . Diawali dari krisis ekonomi, krisis ilmu meluas menjadikan ia nyaris seperti binatang. Hilanglah kemanusiannya. Biasanya para pelacur- pelacur itu adalah korban penghianatan cinta, gagal menikah karena biaya mahal atau karena gara- gara disetubuhi ayahnya atau karena dicampakkan kemanusiaanya. Akhirnya korban- korban itu tak tahu bagaimana menyikapi hidup, tak pernah tahu apa arti kebahagiaan. Mereka akhirnya memilih jalan buntu itu.

Begitu pula dengan Korupsi, adalah efek dari krisis kesadaran. Dan cara mengatasi semua itu adalah melaui pendidikan, perubahan mindset. Karena pada hakikatnya mereka adalah korban sekaligus pasien / orang sakit yang seharusnya diobati. Semua itu diawali dari krisis kesadaran / krisis kejiwaan.

Tantangan terbaik bagi para pemimpin Indonesia saat ini bukanlah mengetahui bagaimana cara memberantas korupsi atau memberantas prostitusi , namun mewujudkan bagaimana agar KORUPSI dan juga PROSTITUSI menjadi TIDAK DISUKAI oleh masyarakat..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline