Lihat ke Halaman Asli

Akhir Fahruddin

Occupational Health Nurse

Masjid Ar Rahmah dan Tiga Pelajaran Kehidupan

Diperbarui: 30 April 2020   11:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kenangan Tausyiah Ramadan 2019 Masjid Ar Rahmah : Foto: Dokpri

Masjid Ar Rahmah Cempaka Putih menjadi jejak yang tidak bisa saya lupakan selama masa belajar. Masjid yang diresmikan oleh tokoh Sumbawa Din Syamsuddin ini memang berbeda dengan yang lainnya, perbedaan bisa saya rasakan mulai dari hal yang sederhana misalnya ketersediaan teh dan minuman, makanan ringan buka puasa sunnah senin-kamis hingga kegiatan kultum usai sholat dhuhur.

Di bulan ramadan tahun 2019, masjid ini biasanya memberi pelayanan yang baik bagi jamaah, tidak hanya saat berbuka dan sahur tapi aktivitas sholat malam juga mengundang para hafidz al Quran. Itulah moment terakhir berada di masjid ini meski saya harus hijrah karena masa belajar usai dan akan balik ke Saudi.
 
Selain kelebihan itu, saya juga bisa merasakan hal berbeda saat bersilaturahim dengan staf di RS Islam yang notabene menjadi takmir masjid. Mereka sangat ramah, tidak hanya kepada staf dan pegawai lain, para atasan atau Direktur pun sangat ramah dan bersahaja. 

Salah satu yang masih membekas yaitu pertemuan bersama Direktur bidang SDM. Satu-satunya direktur yang tidak pernah menunjukkan dirinya sebagai orang yang lebih besar dari orang lain, beliau terlihat kalem, ramah dan murah senyum.
 
Jika bertemu atau sekadar bertatap muka di jalan, sang direktur terlebih dahulu menyapa, bersalaman hingga menanyakan kabar. Tidak hanya itu, dengan petugas kebersihan pun beliau tidak sungkan untuk bertegur sapa. Ini pelajaran pertama yang saya temui selama berinteraksi dengan staf yang ada.
 
Pelajaran kedua yang saya temui hampir setiap dua atau tiga minggu yaitu menjumpai saudara-saudara seiman yang bersyahadat atau memeluk islam. Mereka dituntun langsung oleh Ustadz yang juga takmir masjid. Jika ditanya alasan memilih islam, mereka menjawab bahwa hidayah yang telah membuka hati mereka untuk bersyahadat. Mereka dengan ikhlas menerima islam.

Terakhir saya menjumpai seorang Budha yang memeluk Islam, ada juga wanita kristiani yang bersyahadat dibimbing oleh Imam Masjid. Ini pelajaran bermakna yang saya temui saat di masjid ini. Mereka menerima islam sebagai perjalanan spiritual dalam hidup meski tantangan-tantangan yang dialami sangat luar biasa.

Namun, di masjid saya juga bisa merenung dengan sangat mendalam karena hampir setiap minggu saya selalu melihat orang meninggal yang dimandikan, dikafani dan disholatkan di masjid.

 Jika ada keluarga yang meninggal dunia, maka takmir masjid melaksanakan kewajiban untuk memandikan, mengkafani hingga mensholatkan jenazah. Selain itu, pihak RS juga menyediakan ambulance untuk mengantarkan jenazah ke rumah duka. Ini pelajaran ketiga yang saya temui di masjid Ar Rahmah.
 
Saya kemudian membayangkan kehidupan ini dan mengaitkannya dengan fenomena-fenomena yang saya jelaskan diatas tentang pemimpin yang baik, hidayah orang yang mau berislam serta kematian. Tiga hal ini sungguh pelajaran besar bagi saya.
 
Pemimpin yang baik dan bersahaja sangat jarang kita temui, kalaupun ada, pasti hidupnya tidak semewah pemimpin-pemimpin lain yang menggunakan dan memanfaatkan jabatan hanya untuk kepentingan pribadi dan koleganya semata. Ini pelajaran awal yang saya rasakan selama berinteraksi dengan mereka, baik direktur maupun staf yang lain.
 
Kemudian fenomena orang berislam. Berita hangat tentang Dedi Corbuzer yang memeluk islam menjadi viral di media masa. Hidayah kepada Dedi rupanya telah menyadarkan banyak orang bahwa ia telah menemukan kedamaian sejati di Islam, dia telah merelakan kefanaan dunia demi satu tujuan yang menurutnya benar dan lurus. Ini sebuah pembelajaran manakala di sisi lain dalam kehidupan ini masih kita jumpai fenomena islam berKTP atau islam abangan yang besar dalam jumlah dan bilangan namun buruk dalam kualitas.
 
Terakhir adalah tentang kematian. "Wakafa bill mauti waidza" sungguh kematian itu adalah pelajaran. Hadist tersebut membawa saya pada titik puncak kehidupan jika semuanya akan kembali keharibaanNYA. Apa yang kita miliki entah harta, keluarga, pangkat dan jabatan akan kita tinggalkan. Tidak ada keabadian di dunia yang fana ini. Sungguh aktivitas berada di masjid Ar Rahmah memberi pelajaran yang sangat berarti bagi diri saya pribadi iuga sahabat yang lainnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline