Lihat ke Halaman Asli

Akhir Fahruddin

Occupational Health Nurse

Membedah Kriminalisasi terhadap Perawat Jumraini

Diperbarui: 17 Oktober 2019   08:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Demo Perawat : Sumber LampungPost

Entah apa yang merasuki keluarga Alex (25) tahun untuk melaporkan perawat Jumraini ke polisi. Tindakan itu diambil keluarga atas tuduhan kepada salah seorang perawat yang diduga melakukan malpraktik keperawatan. Ketidakpuasan keluarga atas tindakan yang dilakukan kemudian berlanjut ke ranah hukum di PN Lampung.

Proses hukum yang masih terus berlanjut hingga dalam masa pembacaan eksepsi ini menyita perhatian seluruh kolega dan rekan sejawat sesama profesi di seluruh Indonesia terlebih rekan Jumhairi di Provinsi Lampung. Apa yang dilakukan oleh Jumraini memantik api kepedulian yang besar sebagai bentuk dukungan akan pelaporan yang bernuansa kriminalisasi terhadap profesi keperawatan.

Perawakilan organisasi profesi perawat pun ikut membantu melalui pendampingan hukum terhadap Jumraini. Aksi demonstrasi dari rekan sejawat sebagai dukungan moril juga dilakukan dengan turun ke jalan menyuarakan dukungan dan semangat.

Kasus hukum ini berawal ketika perawat Jumraini membantu keluarga yang merupakan tetangganya sendiri untuk melakukan pertolongan terhadap anaknya (Alex) yang terluka akibat tertusuk paku. Luka yang berhari-hari tidak dirawat itu ternyata memburuk karena terdapat infeksi serta gejala penyerta lainnya berupa demam dan nyeri. Karena khawatir sakitnya berlanjut, keluarga kemudian membawa pasien untuk dirawat ke Jumraini.

Ketika Jumraini memeriksa kondisi pasien, maka ditemukan luka infeksi disertai demam yang tinggi. Dari gejala tersebut Jumraini kemudian memberikan obat pereda nyeri dan penurun demam serta melakukan perawatan luka sebagai tindakan dasar pertolongan. Karena luka tidak sembuh dalam waktu yang singkat juga mengantisipasi gejala lain yang muncul maka Jumraini memberikan saran kepada keluarga untuk membawa pasien ke layanan kesehatan agar mendapatkan pertolongan yang lebih intensif.

Saran dari Jumraini kemudian diterima oleh keluarga meski dengan berat membawa pasien karena ketiadaan biaya. Namun takdir berkata lain, pasien meninggal dunia sebelum dibawa ke layanan kesehatan untuk dilakukan perawatan intensif. Meninggalnya pasien kemudian menjadi masalah dan menjadi dasar keluarga melaporkan Jumraini ke polisi atas dugaan malpraktik dari tindakan yang dilakukan.

Perawat Jumraini dalam Sidang (Foto Lampungnews)

Jika membedah kronologi atas tindakan yang dilakukan dan dihubungkan dengan aspek legal hukum yang ada maka kita menemukan beberapa hal yang bisa dijadikan sebagai rujukan agar masyarakat tercerahkan. Praktik keperawatan yang dijalankan selama ini tidak serta merta disalahkan kemudian dilaporkan dan menjadi sebuah tindakan non prosedural.

Sebagai seorang tenaga kesehatan yang setiap hari bergelut dengan pasien juga aturan-aturan yang ada, maka penulis berpendapat bahwa apa yang dilakukan oleh perawat Jumhairi penting untuk diketahui sebagai bentuk pencerahan akan tugas dan tanggung jawab perawat. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sebagai berikut :

Pertama, tindakan perawat Jumraini sudah masuk dalam kategori baik dan benar. Pengertian "baik" dalam hal ini karena perawat menolong pasien atas gejala klinis yang muncul serta melakukan tindakan perawatan luka. Konteks "benar" karena perawat memiliki Surat Tanda Registrasi Perawat (STRP) juga Surat Ijin Praktik Perawat (SIPP) yang merupakan legal hukum seorang perawat dalam bekerja.

Ini sangat jelas diatur dalam Undang-undang Nomor 38 Tahun 2014 tentang Keperawatan juga Permenkes Nomor 26 Tahun 2019 yang mengatur pelaksanaan dari UU tersebut.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline