Lihat ke Halaman Asli

Akhir Fahruddin

Occupational Health Nurse

"Nitip Jakarta, Ya" Pesan Moral bagi Penjaga Air

Diperbarui: 4 September 2019   14:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Penjaga Pintu Air | Foto AntaraNews

Apa jadinya jika Jakarta tanpa petugas penjaga pintu air? Ini pertanyaan yang kadang absen dalam kehidupan kita sebagai warga Jakarta. Aktivitas kita sebagai pekerja, pendidik dan petugas apapun baik di sektor formal dan informal telah membuat kita lupa akan tugas besar seorang penjaga pintu air. Kesadaran kita akan pentingnya air dalam kehidupan menjadi bermakna karena peran mereka dalam menjaga dan memeliharanya. Disaat musim hujan dan kemarau tiba, mereka tetap terjaga dan bekerja agar ibukota aman dan bebas dari banjir.
 
Dua musim yang kita hadapi setiap saat memberi tantangan bagi penjaga pintu air. Tantangan pertama saat musim hujan tiba, mereka harus mengukur ketinggian muka air untuk kemudian dikontrol agar tidak menimbulkan luapan air yang bisa berakibat kepada banjir dan genangan di ibukota. Curah hujan yang tinggi menjadi kewaspadaan bagi mereka selama 24 jam. Pengawasan terhadap pompa-pompa air seperti perawatan dan pengecekan setiap waktu juga dilakukan untuk menjamin agar pompa tidak rusak. Pengoperasian pompa merupakan tugas sehari-hari yang dijalankan para penjaga pintu air.
 
Tantangan kedua terjadi di musim kemarau, para penjaga pintu air harus senantiasa mengontrol dan mengawasi sampah-sampah yang dibuang masyarakat secara sembarangan. Keberadaan sampah telah membuat palang pintu air mampet, lemahnya kesadaran masyarakat agar membuang sampat pada tempatnya telah menimbulkan masalah baru bagi penjaga pintu air. Sampah yang dibuang ke sungai ada beragam, para penjaga pintu air dengan sigap melakukan kontrol dengan mengangkat sampah yang menutupi palang pintu air. Ini dilakukan agar tidak merusak palang pintu air. Urusan sampah memang ruwet, perlu kesadaran masyarakat dalam pengelolaannya agar tidak menimbulkan ancaman bagi kelangsungan air yang nantinya bisa memperburuk keadaan warga Jakarta sendiri.
 

Sampah di Pintu air Manggarai | Foto KompasNews

Masalah yang ada harus senantiasa diiringi dengan solusi agar manajemen air di Jakarta bisa berlangsung dengan baik dan para penjaga pintu air bisa bekerja dengan baik pula. Solusi konkrit memang bukan dengan "kata-kata" seperti pesan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, tetapi melalui gagasan dan narasi yang di implementasikan dalam peraturan Gubernur yang khusus mengatur tentang pengelolaan air agar memiliki dampak bagi keberlangsungan pintu-pintu air di Jakarta.

Hal mendasar yang telah dilakukan adalah peningkatan kesejahteraan bagi para penjaga pintu air. Mereka bekerja 24 jam dengan metode shift untuk mengontrol dan mengawasi ketinggian muka air serta pemeliharaan mesin-mesin pompa yang ada. Selain itu mereka juga harus membersihkan sampah yang dibuang masyarakat secara sembarangan di pintu air yang dijaga.
 
Data dari laman Pemprov DKI Jakarta menyebutkan bahwa kesejahteraan penjaga pintu air telah diatur dalam Pergub Nomor 85 Tahun 2018 tentang pegawai tidak tetap. Dalam diktum peraturan disebutkan ada kenaikan upah bagi penjaga pintu air untuk tamatan SMA dari Rp 3.400.000 menjadi Rp 4.080.000. Kenaikan ini ditambah dengan diberikannya tunjangan  sebesar Rp 204.000. Perbaikan kesejahteraan ini memang sangat luar biasa apalagi ditambah dengan jaminan pensiun, jaminan kesehatan, asuransi kematian dan jamnan kecelakaan kerja bagi para pekerja.
 
Langkah ini telah mengubah banyak hal terutama peningkatan kesejahteraan bagi para penjaga pintu air. Tidak salah jika Anies Baswedan berpesan "Nitip Jakarta Ya" kepada para penjaga pintu air di ibukota. Pesan moral ini bukan sekedar basa-basi tetapi telah diiringi dengan kenyataan bahwa peningkatan kesejateraan menjadi langkah awal yang harus diperhatikan.
 
Namun ada hal yang terlupakan dimana kesadaran masyarakat untuk tidak membuang sampah sembarangan menjadi pekerjaaan rumah yang harus digeliatkan. Setidaknya ada tiga langkah yang harus dilakukan pemerintah kepada masyarakat agar para penjaga pintu air bisa bekerja dengan baik.

Pertama, kemampuan masyarakat mengenal masalah dan mengambil keputusan. Ini tugas berat bagi warga ibukota. Tidak semua warga ibukota mampu mengenal masalah dan mengambil keputusan yang tepat bagaimana aktivitas yang dilakukan tidak menimbulkan efek buruk bagi lingkungan. Misalnya, buang sampah sembarangan, kadang tidak semua warga mampu membuang sampah pada tempatnya atau mengenali sampah yang bisa dan tidak didaur ulang. Menumpuknya sampah di palang pintu air adalah imbas dari kurangnya kesadaran masyarakat untuk mengenal masalah.

Pengangkutan Sampah di Manggarai | Foto PoskotaNews

 
Kedua, kemampuan masyarakat untuk melakukan pemeliharaan dan modifikasi lingkungan masih rendah. Ini tugas bersama antara Pemprov dan masyarakat untuk berkolaborasi dalam menjaga keberlangsungan air di Jakarta. Keberadaan penjaga pintu air tidak serta merta memberi kita kemudahan bahwa air sudah ada yang menjaga, namun kemampuan pemeriharaan dan modifikasi melalui inovasi-inovasi harus mampu mengubah paradigma tersebut. Ini harus dimulai dari hal-hal kecil yang bermanfaat seperti sumur resapan air juga pengelolaan air hujan yang berkelanjutan.
 
Ketiga, pemanfaatan fasilitas pembuangan sampah. "Buang sampah pada tempatnya" moto ini berseliweran di ibukota. Sosialisasi demi sosialisasi dilakukan mulai dari tingkat RW hingga Kelurahan digalakkan. Optimisme harus tetap ada guna mengubah paradigma membuang sampah sembarangan menjadi membuang sampah pada tempatnya. Instrumen berupa denda harus direalisasikan kepada masyarakat yang mengabaikan fasilitas pembuangan sampah.

Dengan menggalakkan tiga solusi tadi maka setidaknya tugas penjaga pintu air tidak bertambah, biarkan mereka fokus dalam mengontrol dan merawat mesin pompa yang ada dan jangan bebani mereka dengan tugas tambahan mengangkut sampah yang mampet di palang pintu air. Pesan "Nitip Jakarta Ya" oleh Gubernur Anies Baswedan akan lebih bermakna tidak hanya demi Jakarta yang "Maju Kotanya Bahagia Warganya" namun juga "Bagi Penjaga Pintu Air yang tenang kerjanya". Semoga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline