Lihat ke Halaman Asli

Hanif Sofyan

TERVERIFIKASI

pegiat literasi

Mencerdasi Krisis Identitas Kaum Paruh Baya

Diperbarui: 21 Januari 2023   08:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber ilustrasi: wikihow

Ribuan warga paruh baya di Korea Selatan meninggal dunia karena kesepian setiap tahunnya. Kementerian Kesehatan dan Kesejahteraan Korea melaporkan ada 3.378 kematian pada 2021. Peristiwa itu dikenal sebagai  fenomena Godoksa. Dalam bahasa Korea, "godoksa" adalah fenomena meninggalnya seseorang karena kesepian atau kematian sepi. 

Sebuah studi pemerintah menemukan sejumlah besar kematian kesepian terjadi di antara pria paruh baya, daripada orang tua atau wanita. Song In-joo, seorang peneliti di Seoul Welfare Foundation, yang berspesialisasi dalam isolasi sosial dan kematian kesepian, mengamati bahwa pria yang hidup sendiri menderita rasa kesepian lebih dalam daripada wanita, baik dalam hal isolasi emosional maupun fisik. Pria paruh baya tampaknya lebih sulit mengatasi tekanan ini. 

Seperti halnya Fenomena "Layangan Putus", fenomena Godoksa, adalah bagian dari apa yang disebut  Dr. William Nathan Upshaw, Direktur Medis NeuroSpa  sebagai gejala  krisis identitas paruh baya.

Temukan Diri

sumber foto-gaya tempo

Ahmad Fuadi penulis best seller Negeri 5 Menara, menceritakan tentang Midlife crisis-nya, ketika ia baru selesai studi, kemudian menjadi wartawan Tempo dan terakhir sebagai direktur The Nature Conservacy (TNC). 

Apa yang kemudian membuatnya putar haluan dan memilih meninggalkan semua pencapaian hidupnya dan memilih menjadi penulis buku, ya karena merasa "didekati" gejala itu. Seseorang akan memasuki krisis identitas paruh baya, ketika mulai gelisah dan mempertanyakan tujuan hidupnya.

Istrinyalah yang berperan besar "meluruskan" gejala krisis paruh bayanya ke jalan yang benar. Istrinya membelikannya buku "How to Write a Novel" agar suaminya belajar membuat novel untuk mengobati gejala krisis itu. Ternyata solusi menjadi "terapi terbaik" karena mengantar "Buku Negeri 5 Menara" menjadi awal buku best sellernya.  

Meski Dr. Upshaw menganggap krisis identitas paruh baya sebagai sebuah masalah, tapi itu bagian dari fase yang mau tidak mau harus dialami dan dijalani oleh setiap orang ketika sampai pada waktunya. Harus diakui bahwa personality, religiusitas, kondisi sosial, ekonomi juga berperan besar dalam krisis paruh baya seseorang.

Krisis Bisa Bikin Depresi

sumber foto: grid.ID

Penuaan adalah proses yang membuat orang merasa tidak nyaman, ketika mengalami perubahan besar dan tiba-tiba sepanjang hidup kita. Reaksinya bisa beragam, bahkan ada yang menganggapnya seperti depresi.

Krisis paruh baya bukanlah gangguan psikologis semata, tetapi periode transisi yang tidak nyaman yang dialami seseorang yang berusia antara usia 40 dan 55, meskipun ada beberapa variabilitas dalam waktu krisis paruh baya. Pria dan wanita mengalami krisis paruh baya dengan cara yang agak berbeda.

Mengapa sampai ada yang salah persepsi dan mencampur aduk antara gejala krisis paruh baya dan gejala depresi?. Karena perbedaan intensitas kemunculan gejalanya saja yang berbeda, jika krisisnya muncul lebih sering, maka lebih mengarah pada depresi.

Namun seseorang yang mengalami krisis paruh baya, ada kalanya merasa baik-baik saja, sedangkan orang yang depresi merasa sedih dan mengalami gejalanya setiap hari. 

Jika Depresi adalah gangguan mood kronis berbasis biologis, maka krisis paruh baya murni gangguan psikologis , meski bisa saja terjadi bersamaan dengan depresi.

Namun yang menarik adalah fakta bahwa, orang paruh baya yang puas dengan kehidupannyapun bisa saja mengalami depresi,  tetapi sebaliknya ia tidak akan mengalami krisis paruh baya.


sumber foto-VOI

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline