Lihat ke Halaman Asli

Hanif Sofyan

TERVERIFIKASI

pegiat literasi

Memilih Sekolah Berasrama Ramah Anak, Bagaimana Menilainya?

Diperbarui: 6 Oktober 2022   14:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi gambar-kamar asrama putra -marsudirinibogor

Kami baru saja masuk ke gerbang pesantren ketika seorang ibu keluar dari sebuah mini van dengan muka marah. Ia berteriak di depan kantor pengasuhan. Kami yang tak tahu masalah berusaha menjadi pendengar yang baik. Ia berteriak marah, karena merasa anaknya mengalami kekerasan di sekolahnya. Selidik punya selidik, ternyata masalahnya hanya kesalahpahaman biasa. Kami pikir awalnya bullying atau telah terjadi tindak kekerasan senior kepada junior.

santri-mengaji6-906365242323566f04fd2531ec3c5a6c-600x400-633120894addee407c6eb592.jpg

ilustrasi gambar-santri -idntimes

od-2-6325cd1808a8b508f83f27a3.jpg

ilustrasi gambar-ruang kelas pesantren oemar -oemardiyan

ilustrasi gambar-pesantren oemar diyan yang asri-oemardiyan

Gara-gara kedua orang yang bermasalah memiliki dua buah sandal baru yang merek dan warnanya sama. Ketika keluar dari ruang kelas, salah seorang diantara mereka salah mengambil sandal tersebut, padahal si pemilik sedang berada di dekat sandal tersebut. Maka terjadilah sedikit keributan dengan saling sikut dan tangkis. Salah satunya terkena pukulan di wajah dan menjadi sedikit biru karenanya.

Tentu saja ini akan menjadi masalah besar jika memang benar-benar kasus kekerasan senior-junior, ternyata bukan. Karena putera kami berada di sekolah berasrama (boarding school) yang sama dengan mereka dan masih teman sekelasnya.

Awalnya kami sempat kuatir, jika kasus seperti ini pernah terjadi sebelumnya. Tapi menurut anak kami sendiri, ternyata itu hanya kejadian insidental dan langka.

Kekerasan Itu Horor di Sekolah Berasrama

Sekitar tahun 2019, pernah terjadi kekerasan antara senior dan junior di sebuah sekolah berasrama semi militer. Kasusnya bermula ketika seorang kakak senior meminjam uang kepada juniornya. Namun si junior tak bisa memberikan pinjaman karena uang tersebut di pinjam oleh temannya.

Lantas si senior menagih kepada temannya itu, agar mengembalikan karena ia akan meminjamnya, tapi karena tak kunjung dilunasi, akhirnya terjadilah pemaksaan. Selama dua hari berturut-turut korban dipukul oleh seniornya, hingga akhirnya sakit dan tak masuk kelas. Teman-temannya menduga ia hanya sakit biasa, maka tak berinisiatif membawanya ke klinik.

Tapi siang itu, korban tiba-tiba menghilang dari asramanya. Bersamaan dengan hilangnya korban, siswa senior juga meminta izin pulang kampung. Tapi beberapa jam kemudian, salah seorang temannya menemukan korban di belakang sekolah telah meninggal dunia. Maka gegerlah sekolah berasrama tersebut. Tapi  si pelaku dengan mudah terdeteksi, dan selanjutnya menjadi tersangka.

Meski kasus itu baru pertama kali terjadi, namuan menjadi tamparan keras bagi pemerintah daerah sebagai pemilik sekolah berasrama tersebut. Banyak faktor yang diabaikan di balik kejadian tersebut, sehingga menjadi pembelajaran dan catatan bagi para pengelola sekolah berasrama.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline